الدعوة السلفية : موقع أبو سلمي الأثري
Wednesday, July 19, 2006
KOREKSI TOTAL MANHAJ IKHWANUL MUSLIMIN
Silsilah Rudud (Bantahan) terhadap Dakwah Ikhwanul Muslimin
(Bagian 4)
Hal yang disebutkan di atas tidak membatalkan pandangan kami sebelum ini tentang al-Ikhwan, lagipula kami tetap tidak berubah pendirian. Itu disebabkan kami tidak pernah mengatakan bahwa Jama’ah al-Ikhwan semuanya tidak memahami tauhid. Di antara mereka bahkan terdapat para ulama yang mulia, yang berpegang teguh pada tauhid dan mereka adalah salafiyyin. Namun yang kami katakan adalah, bahwa dakwah serta aqidah salafiyah hanya terhunjam di dada mereka saja, atau sekedar tertulis di buku-buku tanpa mereka bergerak secara praktis dengannya. Mereka tidak menyebarkannya di tengah-tengah massa, mereka tidak memusuhi orang-orang yang menentangnya, dan aqidah itu tidak menjadi perekat cinta dan al-wala’ (loyalitas) di antara mereka, dan kami memiliki argumen tentang (dakwaan) kami ini :
Selanjutnya>>>
Friday, July 14, 2006
KOREKSI TOTAL MANHAJ IKHWANUL MUSLIMIN
Silsilah Rudud (Bantahan) terhadap Dakwah Ikhwanul Muslimin
(Bagian 3)
Saudara pembaca!
Agar permasalahan ini semakin bertambah jelas, saya akan kemukakan sebuah misal, lalu saya akan bertanya kepada anda dengan sebuah pertanyaan yang syar’i, lalu meminta jawaban anda secara syar’i pula dan –maaf- jika anda seorang harakiy –sebagaimana sebutan mereka- maka hendaknya anda tidak mempergunakan logika berfikir harakiy dalam permasalahan ini. Sebab, pertanyaan saya nanti sifatnya syar’i, sehingga tidak menerima cara pandang politis atau sekedar logika manusiawi. Jawaban itu haruslah berlandaskan dalil-dalil yang dapat diterima oleh Rabb manusia.
Seandainya anda berada di suatu negeri atau masyarakat yang diperintah oleh penguasa sekuler, berjuta-juta penduduknya sebagian menyembah kuburan, sebagian lagi penganut syi’ah yang telah meyakini bahwa Al-Qur’an telah diitahrif (dirubah) dan Imam Ali mengetahui masalah ghaib serta mengimani Al-Qur’an yang berbeda dengan Al-Qur’an yang ada saat ini –yang konon diturunkan kepada Fathimah, sebagian lagi penganut faham Asy’ariyah yang tidak tahu apakah Alloh berada di telapak kaku mereka ataukah berada di atas Arsy-Nya dan mereka lebih mendahulukan postulkat-postulat Yunani daripada syariat Alloh. Ada sebagian lagi yang mengimani teori Darwin tentang Al-Baqo’u lil Ashlah (The Survival of the fittest, ed.) atau teori-teori Freud dan semacamnya. Sebagian mereka adalah para pelaku dosa besar seperti meninggalkan sholat, meminum khamr dan lain sebagainya. Sebagian yang lain mengikuti bid’ah dan lebih mengutamakannya di atas sunnah nabawiyah sehingga seakan-akan menganggap agama ini masih kurang lengkap sebagaimana ucapan Imam Malik, “Barangsiapa mengada-adakan bid’ah dan menganggapnya baik (hasanah), maka sungguh ia telah menuduh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam mengkhianati risalah”, dan yang semisal dengan hal ini masih banyak.
KEISTIMEWAAN AQIDAH ISLAM
(AQIDAH AHLI SUNNAH WAL JAMA’AH)
Bagian III
Oleh : Fadhilatus Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd
24. Membuat Hati Penuh Dengan Tawakkal kepada Allah
Aqidah Islam memerintahkan kepada setiap manusia agar hatinya selalu diliputi cahaya tawakkal kepada Allah. Tawakkal, menurut istilah syara’ berarti menghadapkan hati kepada Allah sewaktu bekerja seraya memohon bantuan kepada-Nya dan bersandar hanya kepada-Nya. Itulah esensi dan hakikat tawakkal. Tawakkal terwujud dengan melaksanakan sebab-sebab (usaha) yang diperintahkan. Barangsiapa mengabaikannya, maka tawakkalnya tidak sah. Jadi, tawakkal tidak mengajak kepada pengangguran atau mengurangi pekerjaan.
Bahkan, tawakkal memiliki pengaruh yang besar dalam memacu semangat orang-orang besar untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang semula mereka kira kemampuan mereka dan sarana-sarana pendukung yang ada tidak mampu menggapainya. Karena tawakkal merupakan suatu sarana yang paling kuat dalam menggapai apa yang diinginkan dan menolak apa yang tidak diinginkan. Bahkan, secara mutlak, tawakkal adalah sarana yang paling efektif untuk tujuan itu. Karena, bersandarnya hati kepada kekuasaan, kemurahan, dan kelembutan Allah akan mengikis habis kuman-kuman frustasi dan bibit-bibit kemalasan, lalu mengencangkan punggung harapan dengan bisa menjadi bekal bagi setiap orang untuk menerobos ombak samudera yang dalam dan menantang binatang buas yang ganas di dalam habitatnya.
KEISTIMEWAAN AQIDAH ISLAM
(AQIDAH AHLI SUNNAH WAL JAMA’AH)
Bagian II
Oleh : Fadhilatus Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd
11. Menjadi Penyebab Hadirnya Pertolongan, Kemenangan dan Kemapanan
Semua itu tidak mungkin terjadi kecuali pada orang-orang yang memiliki aqidah yang benar. Merekalah orang-orang yang menang, selamat, dan mendapatkan pertolongan. Sabda Rasulullah,
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ.
“Senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang membela kebenaran. Mereka tidak terpengaruh oleh orang yang melecehkan mereka. Sampai datang keputusan Allah, sementara mereka seperti itu.” (HR. Muslim, kitab Al-Imaroh, 3/1524).
Barangsiapa menganut aqidah yang benar, maka Allah akan memuliakannya, Dan barangsiapa meninggalkannya, maka Allah akan menistakannya. Hal itu karena penyimpangan aqidah akan berdampak paling signifikan dalam merusak eksistensi umat, memecah-belah kesatuannya, dan membuat musuh-musuh menguasai mereka.
KEISTIMEWAAN AQIDAH ISLAM
(AQIDAH AHLI SUNNAH WAL JAMA’AH)
Bagian I
Oleh : Fadhilatus Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd
Aqidah Islam yang tercermin di dalam aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah memiliki sejumlah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh aqidah manapun. Hal itu tidak mengherankan, karena aqidah tersebut diambil dari wahyu yang tidak tersentuh kebatilan dari arah manapun datangnya.
Keistimewaan itu antara lain:
1. Sumber Pengambilannya adalah Murni
Hal itu karena aqidah Islam berpegang pada Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’ Salafush shalih. Jadi, aqidah Islam diambil dari sumber yang jernih dan jauh dari kekeruhan hawa nafsu dan syahwat. Keistimewaan ini tidak dimiliki oleh berbagai madzhab, millah dan ideologi lainnya di luar aqidah Islam (aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah). Orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadikan para pendeta dan rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. Kaum sufi mengambil ajarannya dari kasyaf (terbukanya tabir antara makhluk dengan Tuhan), ilham, hadas (tebakan), dan mimpi. Kaum Rafidlah mengambil ajarannya dari asumsi mereka di dalam al-jafr (tulisan tangan Ali bin Abi Thalib t) dan perkataan imam-imam mereka.
STUDI SINGKAT TENTANG AHLI SUNNAH WAL JAMA’AH
Oleh : Fadhilatus Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd
Definisi Sunnah.
Menurut bahasa "Sunnah" berati cara dan jalan hidup. Di dalam qasidah Mu’allaqat-nya yang terkenal, Lubaid bin Rabi’ah berkata,
مِنْ مَعْشَرٍ سَنَّتْ لَهُمْ آباؤُهُمْ # وَلِكُلِّ قَوْمٍ سُنَّةٌ وَ إِمَامُهَا
Dari komunitas yang dibuat leluhur mereka untuk mereka
Dan setiap kaum memiliki cara hidup dan pemimpinnya.
Penyair lain berkata:
رَبِّ وَفِّقْنِيْ فَلاأََعْدِلُ عَنْ # سُنَنِ السَّاعِيْنَ فِي خَيْرِ سُنُنِ
Tuhan, berilah aku pertolongan
Agar aku tak menyimpang
Dari jalan hidup mereka yang berjalan
Di atas jalan hidup yang terbaik.
Ibnu Manzhur berkata : "Kata Sunnah berarti jalan hidup yang baik maupun yang buruk. "