الدعوة السلفية : موقع أبو سلمي الأثري

Saturday, June 10, 2006

Diantara yang alergi dan phobi dengan salafi adalah majalah Mabadi' edisi 4 tahun 2/2006 yang dikeluarkan oleh PP.Al-Irsyad Al-Islamiyah (terbaru). Mabadi' dalam hal.2 mengatakan : "Kami khawatir lembaga Al-Irsyad telah digadaikan pada kelompok tertentu yang berkedok salafi. Al-Irsyad akan dijadikan kereta barang untuk memuat aqidah lain yang ongkos angkutnya telah diterima oleh mereka. Gerakan yang membahayakan Al-Irsyad secara keseluruhan. Gerakan yang bekerja ala mafia dengan para sindikatnya yang menjual aqidah Al-Irsyad untuk memperkaya diri sendiri. Mereka tampil bagaikan Boss-Boss Besar berkeliling keseluruh cabang membagi-bagi hadiah dan memberi pekerjaan, seakan-akan uang dari kantong pribadinya. Padahal uang yang dibagi-bagikan itu dari hasil menjual lembaga Al-Irsyad untuk dijadikan kereta barang yang memuat misi dan aqidah lain yang berkedok salafi." Jawaban : [كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا] Artinya : "Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta." (QS.Al-Kahfi : 5).

Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk bertanya kepada para ahli ilmu/ulama jika kita tidak mengetahui suatu permasalahan, فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ "Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui". (QS.Al-Anbiya' : 7) - Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah v berkata : "Tidak tercela orang yang menampakkan madzhab salaf dan dia menisbatkan diri kepadanya serta berbangga dengan madzhab salaf, bahkan wajib menerima hal tersebut menurut kesepakatan karena tidaklah madzhab salaf kecuali benar". - Imam Adz-Dzahabi v berkata : "Yang dibutuhkan oleh seorang Al-Hafidz (ahli hadits) adalah ketakwaan, kecerdasan, kepandaian dalam bahasa arab dan nahwu, kesucian hati, pemalu serta menjadi Salafi….".

Friday, June 02, 2006

9. Permulaan dakwah al-Ikhwan dan Pengaruhnya terhadap Pemikiran dan Cara Pandang Mereka Al-Ikhwan didirikan pada tahun 1928, yakni kurang lebih 4 tahun setelah runtuhnya khilafah Utsmaniyah. Keruntuhan itu berpengaruh besar terhadap pemikiran jama’ah Al-Ikhwan. Sebenarnya, tanpa berpretensi apapun, jama’ah ini tidak ditegakkan di atas landasan teguh yang dengannya jama’ah ini berkiprah. Landasan jama’ah ini hanya bersifat teoritis, dan tidak menyentuh amaliyah. Padahal, upaya mendirikan kembali khilafah, adalah hal yang sangat tidak mungkin terlaksana kecuali dengan melewati jalan dasar-dasar yang kokoh. Rupanya para pemimpin mereka telah melalaikan perkara yang krusial ini. Pergaulan mereka dengan partai-partai politik sekuler berpengaruh besar terhadap pemikiran jama’ah. Anda akan mendapati pemikiran partai-partai sekuler telah meracuni cara pandang para pemimpin jama’ah, terutama yang terpenting adalah metode perekrutan massa ke dalam barisan jama’ah mereka. Sesungguhnya jama’ah ini melihat bahwa partai-partai politik itu dapat mencaai kekuasaan dan posisi strategis melalui cara penghimpunan massa yang memungkinkannya berkuasa di dalam gedung parlemen. Lalu mereka yakin inilah satu-satunya jalan terdekat untuk mengembalikan khilafah yang telah lenyap. Mereka lalu mencurahkan segala kemampuan untuk menggalang massa, padahal jam’ah ini mengetahui bahwa kebanyakan massa tersebut memiliki aqidah yang sesat yang layak bagi Alloh menguasakan orang-orang kafir atas mereka dan mencabut dari mereka kemuliaan yang pernah dimiliki oleh generasi terdahulu.