الدعوة السلفية : موقع أبو سلمي الأثري

Sunday, October 02, 2005

Hakikat Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap Pemerintahan Utsmani

Oleh : DR. Ali Muhammad Ash-Sholabi

Sesungguhnya para pengikut dakwah Salafiyah tidak pernah menuntut khilafah dan sama sekali tidak pernah mengatakan penentangan bahwa dirinya tidak tunduk padanya. Namun sesungguh­nya, perselisihan itu hanya ada dalam dua hat yang asasi. Pertama. permintaan para pengikut gerakan Salafi tentang adanya keharusan untuk komitmen para jemaah haji dalam berpegang teguh dengan manhaj Islam dan mencabut semua hat yang keluar dari manhaj Islam. Kedua, adanya perasaan pemerintahan Utsmani yang tidak berdaya di depan kekuasaan gerakan Wahhabi atas kota-kota Suci yang berada di Hijaz. Sebab mereka tahu, bahwa ketidakmampuan mereka ini berarti penurunan wibawa dan posisi mereka secara politik.

Lengkapnya silakan klik....

9 Comments:

Anonymous Anonymous said...

kira kira menurut antum tindakan syekh abdul wahab dalam berperang meluaskan wilayah arab saudi hingga ke riyadh atau bahkan ke tanah haramain itu bisa disebut membangkang ke khilafah nggak ?

Bukankah Salafi gemar menggembar gemborkan harus taat pada pemimpin yang Islam selama dia shalat, lalu mengapa syekh abdul wahab mengangkat pedang ke penguasa yang masih islam dan menjalankan sholat ?

11/14/2005 03:39:00 PM  
Blogger Abu Salma Al-Atsari said...

Kepada saudara HT yang memberikan komentar di atas...
Ya akhy, bacalah dulu artikel yang ana susun ttg hakikat dakwah syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan bantahan ana ttg syubuhat HT sebagaimana yang antum utarakan di atas...
Komentar antum di atas berangkat dari belumnya antum membaca artikel yang tsb...

11/15/2005 06:24:00 AM  
Anonymous Anonymous said...

ya sudah baca dong mas ...

menjadi keanehan saya mengapa syaikh abdul wahab yang mengerti kewajiban berbaiat kepada Khalifah, justru tidak berusaha menggabungkan wilayah nejd ke dalam khilafah utsmaniyah, sebagaimana ibnu taimiyah yang berusaha untuk menyatukan lagi semua kerajaan untuk mengusir tartar dan membangun lagi khilafah di baghdad ..

Memang secara faktual tidak bisa dipisahkan dari intrik intrik politik kekuasaan antara pangeraan Suud dan pangeran Abdullah, namun meniru apa yang sering antum kutip. Bukankah kewajiban setiap muslim untuk ta'at kepada pemimpin walau diambil hak haknya .. selama dia sholat ? Lalu mengapa Syekh Abdul Wahab memberikan perlawanan ?

Kemudian ane secara pribadi ingin mengklarifikasi, bahwa Ustadz Abdul Qoddir Zallum tidak pernah menuduh kepada pribadi syekh Abdul Wahab bahwa beliau berusaha menjatuhkan khilafah. Beliau hanya mengambil kesimpulan bahwa pada akhirnya gerakan wahabi yang beliau pelopori, telah sengaja atau tidak sengaja melepaskan Arabia dari Daulah Utsmani.

Kehilangan Haramain ibaratkan kehilangan ruh dan menyebabkan penderitaan, bahwa khilafah tidak lagi didukung oleh tanah kelahiran Islam ... apa guna ada khilafah tanpa Haramain ?

Dan mengenai hakikat dakwah Syekh Abdul Wahab, Bukankah di masa syaikh abdul wahab banyak ulama juga sekaligus banyak bid'ah (nggak ada beda jaman sekarang lo ..) lalu berliau bergerak juga untuk membersihkan aqidah masyarakat.

tapi sekaang lebih parah, sudah banyak bid'ah spiritual tambah lagi banyak bid'ah siyasah .. pake demokrasi, pake sistem republik, pake bursa saham dan lain sebagainya ..

untuk itu saya mengajak untuk saling berinstropeksi dan saling sinergi ... anggep saja apa yang dilakukan temen temen HT ini juga dalam rangka memperbaiki aqidah siyasah masyarakat, membersihkan masyarakat dari kejahiliahan ..

kami mendukung antum untuk bergerak membersihkan kejahiliaan di aqidah ruhiyah & bi'dah 'ubudiyah ..

Maju akhi dalam berdakwah.. Mari bersinergi .. Kami tidak akan menghalangi dan menjelek jelekkan antum meski kami terus dituduh khawarij, seburuk buruk anjing neraka .. Insya Allah, Allah bersama kita kita yang berusaha menegakkan syariatNya dimuka bumi, dengan jalan yang benar, jalan yang dicontohkan Rasulullah SAW.

11/18/2005 09:37:00 AM  
Blogger Abu Salma Al-Atsari said...

Jawaban :
1. Saudara kurang jeli membaca dan juga saudara tidak menelaah sejarah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab secara teliti. Di dalam risalah yg ana susun telah jelas bahwa Syaikh al-Imam bermaksud tunduk kpd Daulah Utsmaniyah yg dalam keadaan yang digambarkan sebagai'the sickman'. Namun, Kesultanan mensikapi dakwah syaikh dg sikap yang lain, dengan penyerangan dan peperangan. Jadi apa yg saudara utarakan di atas sekali lagi berangkat dari ketidakjelian sudara di dalam menganalisa...
2. Adapun pernyataan Abdul Qodim Zallum adalah suatu pernyataan yg jelas, sehingga banyak ulama yang meng'counter' dan membantah tuduhannya.
3. Kesultanan Utsmani hancur akibat dari kebodohan kaum muslimin sendiri thd aqidah dan manhaj yang benar. Diantaranya merebaknya faham-2 sufi sesat yg memecah belah barisan kaum muslimin. Belum lagi kesyirikan, kemaksiatan, kebid'ahan yang menerpa kesultanan. Bahkan sultan sendiri jatuh kepada kesyirikan, kebid'ahan dan kesalahan-2 nyata di dalam Islam. Sehingga dampak yg muncul adalah kehancuran itu sendiri. Belum lagi kedekatan guberbnur-2 dan wali-2 wilayah yg dibawah kesultanan yg menyimpang, tidak memiliki wala' dan baro' serta kebanyakan merupakan antek kafir Inggris Perancis, seperti Muhamad Ali Pasya dan semisalnya...
4. Aqidah siyasah adl bid'ah muhdats baru yg dibawa HT dan mjd sorotan utama dakwah HT yg tdk pernah ada di zaman salaf, padahal salaf-lah yg paling faham thd Islam. Ahlus sunnah menganggap bahwa siyasah adl bagian dari Islam dan barangsiapa yg menyatakan bahwa Islam tdk memiliki aspek siyasah maka dia telah kafir. Demikian pula ahlus sunnah senantiasa menegakkan hukum-2 Islam, dan hukum Islam yg paling tinggi adalah menegakkan kalimat Laa ilaaha illa Allah. Yang mana inilah pondasi dasar di dalam semua hal.
5. Ana agak mengherankan tatkala antum membagi bid'ah ubudiyah dg siyasah, atau bid'ah ruhiyah dg siyasah. Karena al-Ubudiyah mencakup segala aspek seluruh amal seorang hamba. Pemilahan yg antum lakukan adl dikotomi muhdats yang tidak dikenal di dalam Islam. Siyasah adalah far'un/cabang dari al-Ubudiyah, yaitu di dalam mengunggalkan Allah di dalam Asma wa Shifat Alloh, dimana Alloh bersifat Al-Hakim, sehingga segala hukum hanyalah milik Alloh!!!
6. Ucapan antum, mari kita bersinergi adalah ucapan yang ijmal butuh tafshil. Jika yg antum maksudnya kita saling ta'awun dalam perkara yg kita sepakati, maka na'am ini adalah sinergisitas dlm dakwah. Namun jika antum maksudkan juga kita saling memberi udzur di dalam perbedaan dan perselisihan yg ada, maka ini butuh tafshil. Karena penggalan kalimat kedua ini akan menenggelamkan kaidah besar dalam Islam, yaitu Amar Ma'ruf Nahi Munkar dan Munashohah. Karena tdk setiap perbedaan maka seluruhnya benar, namun harus dilihat hujjah dan argumentasinya. Jika menyelisihi al-Haq harus diingatkan dan dinasehati. Jika bersikeras maka tiada jalan lain melainkan harus ditahdzir.
7. Mengenai ucapan antum, "Kami tidak akan menghalangi dan menjelek jelekkan antum meski kami terus dituduh khawarij, seburuk buruk anjing neraka", maka setahu ana, ana tidak menuduh antum secara mu'ayan sbg khowarij, apalagi sampai memberikan embel-2 anjing-2 neraka walaupun khowarij itu adl anjing-2 neraka. Bahkan sebagian syabab HT-lah yang menuduh kami sbg khowarij... Maka sekali lagi, tidaklah yg kita lihat hanyalah tuduhan maupun dakwaan, ana ahlus sunnah dan antum khowarij atau mubtadi', namun yg kita lihat adalah hujjah dan argumentasinya. Tuduhan dan dakwaan yg kosong dari argumentasi, atau hanya dakwaan belaka maka tidaklah mengubah hakikat keadaan dirinya.
Allahu a'lam.
Semoga Alloh memberikan ana dan antum taufiq di dalam meniti al-Haq.

11/20/2005 02:35:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

1. Sekali lagi ane utarakan bahwa ane tidak mengconfromitir terhadap apa syaikh abdul wahab lakukan, ane hanya berusaha meluruskan pandangan bahwa yang disoroti syaikh abdul qodir zallum adalah gerakan wahabi yang tidak bisa ditutupi karena pada faktanya terjadi pertikaian bersenjata antara daulah khilafah dan Ibnu Saud cs, yang mengakibatkan Wilayah Arab terlepas dari Khilafah.
2. Perkataan mana yang jelas, tunjukkan diartikel mana bahwa syekh abdul qodir menyerang pribadi syekh abdul wahhab, bahkan syekh abdul qodir zallum menyebut Syekh Abdul Wahab sebagai mujtahid ...
3. Disitulah kesalahan antum. Antum menganggap HT menuduh bahwa gerakan wahabi menjadi pangkal pecahnya daulah khilafah. Sangat jelas HT di buku rujukan yang wajib dipelajari oleh setiap anggota bahwa penyebab runtuhnya khilafah adalah karena lemahnya pemahaman Islam umat. Umat tidak lagi bisa menjadikan Islam sebagai thoriqoh (yang biasa antum sebut manhaj) dalam memecahkan persoalan umat. Munculnya gerakan pan arabisme dan lain sebagainya juga disebabkan karena lemahnya pemahaman Islam
4. aqidah siyasah kok muhdats .. emang rasulullah juga pernah gitu membagi aqidah menjadi tauhud rububiyah, tauhid uluhiyah dan asma dan shifat ? nggak pernah to .. pembagian aqidah menjadi ruhiyah dan siyasah disini muncul untuk menggambarkan bahwa ternyata islam juga mengatur masalah duniawi disamping masalah ukhrawi. pembagian itu lahir karena untuk mengingatkan kembali masyarakat umum, bahwa aqidah islam bukan cuma mengatur masalah ibadah mahdoh saja ..
5. la emang kesimpulannya gitu, tidak bisa dipisahkan antara aqidah ruhiyah dan siyasah .. semuanya adalah aqidah islam .. sekali lagi pembedaan itu hanya untuk membantu masyarakat umum mengingatkan bahwa aqidah itu nggak cuman ngurusin ruhiyah tok ..
6. kalau antum bersikeras seperti itu maka itu hanya semakin menguatkan bahwa salafi satu satunya jama'ah yang tidak mau rukun .. yang ane sayangkan itu bahwa tahzir ente itu selalu berbumbu bid'ah, dholalah, mungkaroh, dll ... tanpa pernah memahami hadits bahwa ikhtilaf itu lumrah terjadi. bila benar pahala dua, bila salah pahala satu .. beda dengan sikap antum ... selalu menyebutkan bahwa antum dua sedangkan yang lain minus dua ..
Tidak berarti sinergi itu terus mengkompromi pemahaman, sama sekalitidak. HT punya pandangan berbeda bahkan 180 derajad dengan IM, JT, JM dll .. dan sama seperti jama'ah lain tersebut, tidak pernah meminus dua kan pendapat yang berbeda .. tetap dihargai satu. Dan saling mempersilahkan untuk terjun ke bidang yang menjadi spesialisasi masing masing ..
7. nggak salah neh .. coba sebutkan di buku dan artikel mana HT menyebut salafi sebagai khawarij .. ? justru salafi lah yang menuduh HT neo khawarij, neo mu'tazilah dan sebagainya ... perlukan disebutkan buktinya ?

Demikian, tidak ada maksud apapun dari ane kecuali karena rasa sayang dan ketahuan ketidakbolehan membiarakan seorang muslim mendholimin muslim lainnya.
Assalamu'alaikum wr wb.

11/21/2005 07:38:00 AM  
Blogger Abu Salma Al-Atsari said...

Ba'da tahmid wa sholawat
Menanggapi pernyataan antum di atas, ada beberapa hal yang perlu ana klarifikasi dan jawab...
1.) Antum sepertinya tidak begitu mengenal HT dan tokoh-2nya, hal ini terlihat ketika antum menyebutkan nama Abdul Qodim Zallum yang salah, dengan sebutan Abdul Qodir.
Perlu diketahui pula, al-Qodim tidaklah termasuk asma Alloh, sebagaimana diutarakan oleh al-Allamah DR. Khalil Harras di dalam al-Aqidah as-Sunniyah. Al-Qodim merupakan penetapan kaum Asy'ariyah yang menyelisih makna dari segi bahasa arab.
Karena apabila al-Qodim diartikan dengan yang paling awwal (al-Awwal), ini adalah sesuatu hal yang tidak dikenal oleh orang arab dan di dalam Bhs. Arab.
Apabila dikatakan Hadzal baitu aqdam min dzaka maka maknanya adalah yang rumah yang lebih dulu ada namun tidak meniadakan akan adanya rumah-2 lain yang lebih dulu.
Sehingga dikatakan bahwa kata al-Qodim tidak layak untuk disandarkan dengan 'Abdu. Allohu a'lam bish showab.
2.) Gerakan Wahabi -itupun kalo istilah ini benar- tidaklah sebagaimana yang antum utarakan. Gerakan ini tidak menghendaki untuk melepaskan diri dari daulah ataupun bermaksud memerdekakan diri dari Utsmaniyah sebagaimana wilayah-2 lain seperti Mesir, Albania, Sudan, dan selainnya. Yang mana para amir negeri-2 ini bermaksud melepaskan diri dari Daulah Utsmaniyah. Sehingga peperangan-2 saudara telah terjadi sebelum Utsmaniyah mengutus 'antek Inggris' Ibrahim Basya untuk menumpas gerakan Wahabiyah.
Ibrahim Basya dan puteranya menunjukkan sikap bahwa mereka tidak mau sedikitpun memberikan kesempatan kpd Gerakan Wahabiyah, bahkan mereka menghukum pancung Pangeran Abdullah bin Su'ud ketika pangeran bermaksud melakukan perdamaian. (Lihat ad-Daulah Utsmaniyah Asbabu Nuhudl karya DR. Ali Sholabi.)
Oleh karena itu, tuduhan antum di atas sekali lagi berangkat dari kejahilan akan sejarah/tarikh Utsmani.
3.) Jika antum membaca buku "Kaifa Hudimatil Khilafah" maka akan tampak adanya ucapan-2 Abdul Qodim Zallum yang men'cela' dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Celaan thd dalwah syaikh merupakan celaan thd Syaikh, bahkan lebih dari itu, yaitu celaan thd Islam itu sendiri, karena dakwah Syaikh adalah dakwah Tauhid yg murni sebagaimana yang dikumandangkan oleh para Nabi.
4.) Pernyataan antum poin ke-3-lah yg kontradiktif dengan pernyataan Zallum dan beberapa syabab seperti Mujaddid (baca : muharrif) seorang pemuda dari malang yang menyembunyikan identitas dirinya namun aktif menulis bantahan-2 dan celaan-2 tidak ilmiah kpd dakwah salafiyah.
Zallum sendiri menyatakan bahwa kehancuran Daulah khilafah diantaranya adalah karena rongrongan dakwah Wahabiyah yang dibelanjai oleh pemerintah Inggris. Dan ini adalah fitnah yang keji.
5.) Mengenai aqidah siyasiyah, ana katakan muhdats karena tidak ada salafus shalih yg pernah membagi aqidah demikian. Adapun pembagian aqidah menjadi tiga yakni Rububiyah, Uluhiyah dan Asma' wa Shifat bukanlah bid'ah, atau pembagian menjadi dua yakni tauhid khobar dan tauhid tholab, dmn tauhid uluhiyah masuk ke dalam tauhid tholab dan dua tauhid lainnya masuk ke dalam tauhid khobar. Hal ini telah disebutkan oleh para imam Ahlus Sunnah di dalm kitab-2 mereka, diantaranya Aqidah Thohawiyah, Wasithiyah, Tadmuriyah, dll.
Hal ini sekali lagi menunjukkan kejahilan antum dan ketidkafahaman antum. Bagaimana bisa dikatakan muhdats padahal para salaf secara tatabu' telah menerangkan dalil-2nya senyara nyata..
Sbg contoh yang mudah adl surat al-Fatihah, Alloh Ta'ala berfirman :
1. Alhamdulillahi Robbil 'Alamien (menunjukkan secara jelas tauhid Rububiyah)
2. Ar-Rohman Ar-Rohim (menunjukkan secara jelas tauhid Asma' wa Shifat)
3. Maliki Yawmi ad-Dien (menunjukkan tauhid Rububiyah)
4. Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in (menunjukkan secara jelas tauhid Uluhiyah/Ibadah)
dst..
Jadi telah jelas dari surat al-Fatihah saja, dalil-2 tauhid dibagi menjadi tiga telah tampak.
Namun, seorang Jahmiyah khabits yang bernama Hasan Ali as-Saqqof yang dielu-2kan dan dipuji-2 HT menolak pembagian tauhid ini menjadi tiga karena dia menganggapnya tasyabbuh dengan nashrani yang beraqidah tatslits (trinitas), sehingga dikatakan oleh para ulama bahwa org ini beraqidah jahmiyah sesat.
Sekarang, ana tantang antum utk menunjukkan dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah serta pendapat para salaf (maksud ana, ulama salaf sebelum an-Nabhani) yang menyatakan aqidah ada dua, yakni Ruhiyah dan Siyasiyah...
Toh, apabila pembagian ini tidak ada, tidak menunjukkan bahwa Islam itu hanya ruhiyah saja. Ini adl pemahaman yang keliru bin menyimpang!
6.) Sekali lagi pola pikir antum keliru di dalam masalah taqsim aqidah mjd ruhiyah dan siyasiyah ini. Karena apabila antum berdalil :
"berarti ilmu nahwu, balaghoh, shorof, ushul fiqh, mustholahul hadits adl bid'ah! Karena Rasulullah tidak pernah menyinggung hal ini.!!!"
Maka ana jawab :
Sesungguhnya ilmu-2 tsb di atas tidak bid'ah, karena para salaf telah sepakat utk menerima istilah tersebut sebagaimana mereka menerima taqsim tauhid mjd dua atau tiga sbgm telah lalu penyebutannya. Namun yg jd pertanyaan sekarang adalah :
SIAPAKAH SALAF HT DALAM MEMBUAT ISTILAH AQIDAH SIYASIYAH DAN AQIDAH RUHIYAH?!!
Bukankah kita bertawaqquf dengan apa yang ada pada salaf adalah lebih baik tanpa perlu bertakaluf atau mengada-2akan. Karena mereka adalah yang lebih faham ttg dien ini, lebih selamat pemahaman mereka, lebih bijaksana keputusan mereka...
7.) Ikhtilaf itu ada dua, ikhtilaf tadhodh dan tanawu'.
selama ikhtilaf itu dalam tataran tanawu' maka sah-sah saja, bahkan akan memperkaya khazanah pemikiran Islam. Namun apabila ikhtilaf itu bersifat tadhodh, maka ikhtilaf ini adalah ikhtilaf tercela dan kontradiktif..
Dapatkah kita berdiam dari khurafat, syirik dan bid'ah yang terdapat dalam kitab-2 Tabligiyun?!!
Dapatkan kita berdiam diri dari kemaksiatan saudara kita dalam Ikhwnaul Muslimin yg menghalalkan demokrasi, parlemen, demonstrasi dan semisalnya yg nota bene mrp sistem kufur?!!
Dapatkah kita berdiam diri dari aktivitas irhabiyun (terorisme) dengan pengeboman, pembunuhan dan semisalnya dari Jama'ah Tauhid wal Jihad?!!
Dapatkah kita bekerja sama dengan para pembela kesesatan, kesyirikan, khurofat, takhayul, bid'ah,dari kalangan shufiyun quburiyun, baik Nahdliyin, naqshabandiyin, Rifa'iyin atau selainnya?!!
Apakah semua perbedaan ini adl perbedaan sbgmn yg antum katakan?!! Yang benar dpt dua pahala yg salah dpt satu?!!
Jika demikian pendapat antum, maka tidaklah salah jika kita tempatkan antum sebagai pembela kesesatan dan penyimpangan berbagai kelompok-2 tsb!!!
Lantas dimana letak amar ma'ruf nahi munkar?!! dimana letak munashohah?!! dimana letak jarh wa ta'dil?!! jika demikian keadannya!!!!
8.) Syabab HT yg menulis artikel-2 tidak berbobot ilmiah telah menuduh salafiyun sbg Khowarij, bahkan lebih dari itu, mereka bersekongkol dg kelompok-2 sesat spt shufiyun Alu Ba'alawi menfitnah dan menuduh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab sbg khowarij!!! Inilah yg ana maksudkan...
Adapun tuduhan kita kpd antum sbg khowarij, maka kita katakan :
Benar, kalian bermanhaj khowarij dalam satu sisi -yaitu di dalam mensikapi penguasa kaum muslimin dan mengkafirkan semua negeri Islam yg ada saat ini-, kalian bermanhaj mu'tazilah di dalam beberapa hal terutama ttg penolakan khobar ahad dlm masalah keyakinan/aqidah dan pembahasan al-Qodho' wal Qodar, kalian juga bermanhaj jahmiyah murji'ah di dalam masalah keimanan dsl...
Alhamdulillah, menempatkan sesuatu pada tempatnya adalah keadilan dan membiarkan sesuatu tdk pada tempatnya maka inilah yg disebut dg kezhaliman.
Semoga Alloh memberi taufiq kpd diri antum dan diriku ke jalan yang diridhai-Nya.
wa Allahul Muwafiq!!!

11/28/2005 05:31:00 AM  
Blogger Abu Salma Al-Atsari said...

Ada beberapa hal yang antum tidak tangkap secara tepat dalam beberapa hal :

1.) Jika antum baca sejarah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab di dalam dakwahnya, telah jelas bahwa beliau dirongrong, difitnah, diusir dan diuji dengan berbagai macam ujian, namun beliau sabar dan tidak pernah melakukan perlawanan. Beliau mengobarkan perlawanan dan peperangan kepada kaum munafikin, ahlul bid'ah, musyrikin, quburiyun, khurofiyun dan selainnya. Beliau hancurkan berhala-2, patung-2, tempat-2 keramat yang dikultuskan dan dikeramatkan oleh kaum quburiyun khurofiyun musyrikun, sebagai pengejawantahan amar ma'ruf nahi munkar. Dan beliau melakukannya dengan bantuan amir/wali (umara) saat itu di dalam memerangi ahli syirk. Aktivitas dakwah inilah yang menyebabkan kebencian luar biasa ahlul bid'ah, pencinta kubur, shufiyun, khurofiyun dan semisalnya, sehingga mereka mengeluarkan fatwa-2 busuk yang mengkafirkan syaikh, menfitnah dan membuat kedustaan atas nama syaikh, dan aktivitas-2 busuk lainnya.
Daulah Utsmaniyah, yang telah digerogoti kelemahan dan kehancuran dari sisi internal dan eksternalnya, terutama digerogoti oleh aqidah dan pemikiran sesat, bangkit berusaha memerangi dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab.
Kaum kuffar Inggris dan Perancis menggunakan hal ini sebagai celah untuk memasukkan bisa 'adu domba'nya. Mereka -Inggris- mengutus pembesar kpd Sultan Utsmani dan menghasutnya supaya menumpas gerakan Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullahu, terlebih lagi setelah armada laut Inggris hancur dihantam pengikut gerakan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan Qowashim (penduduk qoshim/setempat). Sultan pun menerima informasi ini tanpa mau tabayun dan mencari kejelasan, beliau termakan oleh tipu daya dan makar kaum kuffar. Beliau pun mengutus wali Mesir untuk menghancurkan gerakan syaikh melalui amir Mesir Muhammad Ali Pasya.
Sejarah telah mencatat dengan jelas kejahatan dan keburukan perangai Muhammad Ali Pasya, antek kafir yang terpengaruh dengan freemasonry Yahudi sekaligus kawan akrab Napoleon. Muhammad Ali mengutus puteranya yang bernama Thussun Muhammad Pasya utk menghantam Qowashim dan pengikut gerakan syaikh, namun serangannya gagal. Serangan kedua dipimpin oleh seorang fajir, putera Muhammad Ali juga yang bernama Ibrahim Pasya, yang berhasil mengalahkan gerakan syaikh dan membunuh putera mahkota, pangeran Abdullah bin Su'ud.
Ingatlah, ketika pangeran Abdullah menawarkan untuk berdamai, Ibrahim menolak dan membunuh pangeran Abdullah dan mengarak mayatnya keliling penjuru daerah. Jendral Inggris George Forester Sadleer turut ambil bagian dalam serangan Ibrahim Pasya dan mengucapkan selamat kpd Ibrahim atas keberhasilannya.
Inilah yang diklaim bahwa pertahanan diri (self defence) pasukan syaikh dan qowashim yang diserang oleh negeri Mesir -yg mengatasnamakan pemerintah Utsmani- dikatakan sebagai pemberontakan. Padahal jalan damai telah diupayakan utk ditempuh. Namun kejahatan Muhammad Ali dan puteranya serta makar dari pasukan kafir Inggris-lah yang menyebabkan mereka menyerang dan membunuhi pasukan syaikh dan qowashim.
Dalam hal ini, sebagaimana dikatakan dalam syair :
Jika tidak ada lagi yang dapat dijadikan kendaraan
maka tombak mau tidak mau harus dijadikan kendaraan

Maka, ya akhy Muhammad Itsnaini, fahamilah dulu buku-2 tarikh dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan sejarah Utsmani, fahamilah dan renungkanlah, maka niscaya sungguhlah beda qiyas antum dengan keadaan penumpasan gerakan syaikh.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dipenjara dan tidak mengobarkan pemberontakan berbeda dengan keadaan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Karena :
1. Syaikh Ibnu Abdil Wahhab dan pengikutnya tidak dipenjara, namun diperangi untuk dibunuh. Sedangkan Syaikhul Islam beliau dipenjara karena kedengkian musuh-2nya yg tidak mampu memeranginya, namun menfitnahnya di hadapan penguasa muslim, dan beliupun dipenjara.
2. Permusuhan mereka thd dakwah Syaikh Ibnu Abdil Wahhab adalah dengan kekuatan dan senjata, dan mereka tidak hanya membenci dan berusaha memerangi syaikh belaka, namun juga kepada seluruh pengikut beliau. Adapun Syaikhul Islam, adalah beliau sendiri yang dipenjara dikarenakan fitnah dan dengki dari musuh-2 beliau.

Faidah : Syaikh Al-Albani juga pernah dipenjara di Damaskus selama beberapa bulan, dan beliau habiskan waktu di sana untuk meringkas kitab Muktashar Shahih Muslim lil Mundziri sebagaimana diceritakan murid beliau, Syaikh Samir az-Zuhairi dalam kitab Syaikhul Muhadditsin al-Ashr. Dan syaikh Albani bersikap sebagaimana Syaikhul islam maupun Imam Ahmad bersikap, yakni dengan sabar dan tanpa ada upaya melakukan pemberontakan.

Adapun yang dialami oleh dakwah gerakan syaikh Ibnu Abdil Wahhab, maka kasusnya adalah lain, ditinjau dari :
1. Najd sebagai tempat Syaikh tinggal adalah di luar wilayah kekuasaan Daulah Utsmaniyah, sebagaiman di dalam daftar perbendaharaan al-Khoqoni yang disusun oleh bendahara kesultanan, Yamin Afandi. Sehingga wilayah Najd adl wilayah tersendiri yang memiliki hukkam sendiri, dan wali Najd yg saat itu berkuasa.
2. Kesultanan Utsmani dalam keadaan sakit parah, hingga disebut sebagai 'the sick man', dan negeri-2 kekuasaan Utsmaniyah banyak yg melepaskan diri seperi Sudan, wilayah Balkan seperti Albania, Aljazair, hingga Mesir yg dipelopori oleh Muhammad Ali sendiri dan akhirnya pada penghujung 1423 atau awal 1424, Turki hancur lebur berserakan dan seluruh wilayah selain Turki telah merdeka masing-2, bahkan sebagian wilayah menjadi kolonialisme dan imperailisme penjajah kafir.

faidah : Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang menyebar ke penjuru dunia, mrp dakwah yang memotori perjuangan kemerdekaan dari kolonialisme dan imperialisme kafir, seperti gerakan Syaikh Ahmad Irfan di India yang memerangi Inggris dan menghancurkan sekte kafir Ahmadiyah, gerakan Andshorus Sunnah di Mesir yang membebaskan diri dari penjajah Inggris dan menghancurkan sekte sesat shufiyun, gerakan Tuanku nan Renjteh, Nan Gapuk, Imam Bonjol, dls yang memerangi kolonialisme Belanda dan menghancurkan kesyirikan dan kemaksiatan kaum adat hingga meletus perang paderi, dls.

Namun sungguh aneh, sebagian ulama, du'at dan syabab HT menuduh gerakan syaikh sebagai gerakan yang dimotori oleh kaum kuffar, sungguh fitnah dan kebodohan yang gelap....
Al-Hasil : Qiyas antum tidak tepat, karena ilat-nya tidak sama.
Baca masalah ini dalam : Ad-Daulah al-Utsmaniyah Asbabu as-Suquuth. Bahkan Imam Muhammad Ali asy-Syaukani, dalam kitab emas beliau yang berjudul Badrut Thooli' memuji gerakan dakwah Syaikh dan memuji raja Abdul Aziz yang memerangi kesyirikan, kebid'ahan dan kekafiran dengan bala tentaranya.

2.) Perkataan ana, bahwa celaan thd dakwah syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adl celaan thd Islam. Ana katakan demikian, karena dakwah syaikh adl dakwah Tauhid yg murni, dakwah ishlah, dakwah tashfiyah dan tarbiyah. Antum sekali lagi berpersepsi yang keliru. Karena amatlah beda pernyataan : celaan kpd individu dengan celaan kpd dakwah yang diemban oleh syaikh. Terkadang celaan kpd individu pun dapat membawa pencelanya kpd celaan thd ahlul hadits, ahlus sunnah, ahlul atsar atau Islam. Karena haram hukumnya mencela ahlus sunnah namun mustahab, bahkan wajib hukumnya mencela ahlul bid'ah, ahlul ahwa dan ahlul maksiat.
Ana tidak pernah mengatakan bahwa Syaikh Ibnu Abd Wahhab adalah satu-2nya pewaris Islam, itu adl konklusi prematur dan salah dari antum sendiri. Bahkan kita katakan pewaris para nabi adl para ulama dan msh banyak ulama-2 selain syaikh Ibnu Abd Wahhab.
Adapun ucapan antum, HT, JT, IM dls adl punya metodologi sendiri dalam Islam yg bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah sbgmn para sahabat dan sbgmn para iman madzhab yg 4.
Ana katakan : Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un
Ini adl musibah besar sekali... sekarang ana ingin bertanya kpd antum :
Apakah khowarij tdk bermetodologi dg bersumberkan pada al-Qur'an dan as-Sunnah??? Apakah Murji'ah tidak bersumberkan al-Qur'an dan as-Sunnah??? Apakah syi'ah tdk bersumberkan al-Qur'an dan as-Sunnah??? Dimanakah ada kelompok yg tdk bersumberkan dg al-Qur'an dan as-Sunnah, maka telah kafir menurut Ijma' dan bukan tmsk kelompok Islam.
Sekarang apakah para salaf mengajarkan bid'ah maulid? bid'ah quburiyun? bid'ah parlemen? bid'ah khuruj dg ketentuan khusus? bid'ah dzikir jama'i? berhukum dg hadits-2 palsu dan maudhu' sbg landasan fadhailul amal? menghimpun di dalam kitabnya khurofat dan takhayul sbgmn berserakan di dalam kitab jama'ah tabligh??? dan kemunkaran-2 lainnya?!!
Jika semua ini antum katakan adl metodologi yg bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah menurut pemahahaman salaf dan 4 imam madzhab, maka cukuplah ana katakan : ma'as salamah... semoga Allah memberimu hidayah dari kejahilan yang menyelimuti hati dan kepala antum!!!

3.) Kaifa Hudimat Khilafah adl tulisan mantan pimpinan besar HT, maka pemikirannya adl pemikiran HT, merepresentasikan HT, karena HT adalah jama'ah atau tanzhim yg memiliki aturan-2 kelembagaan, keanggotaan dls... Oleh karena itu, pemikiran yg dibawa oleh Ustadz Zallum rahimahullahu adl pemikiran HT. Dan menunjukkan pemahamannya akan tarikh, tsaqofah dan aqidah islamiyah... Dan yang demikian inilah yang dikritik ulama dari dirinya, sebagaimana kritikan al-Allamah Mahmud Mahdi al-Istanbuli, penulis kitab Tuhfatul Aruus...
Adapun syabab HT yg bersembunyi dengan nama 'Mujaddid', Abu Rifa' al-Puari dls, yg menulis risalah-2 tidak ilmiah yg menghantam dakwah salafiyah, maka dikarenakan tulisan mereka bermuara dari website HT, dan penulisnya adalah hasil didikan HT, maka demikianlah keadaannnya... Walaupun antum mungkin akan keberatan bahwa ucapan satu orang syabab bukan representasi HT seluruhnya... Hal ini sering ana dengarkan... kebanyakan dg alasan, ini bukan pendapat yang ditabanni resmi oleh HT, tiap syabab berhak berpendapat menurut yg mereka kuatkan dari ilmunya masing-2...
Maka ana katakan, Ya Subhanallah... pendapat memegang tangan wanita non mahram adl mubah bkn pendapat resmi yg ditabanni HT, lantas utk apa an-Nabhani menuliskan masalah ini, utk apa buletin fatwa-2 dari HT keluar???
Ya akhy, ana 2 tahun lebih ngaji di HT -walaupun antum akan mengatakan mungkin ana ngajinya tidak pepek di HT-, dan ana telah menjadi murobbi selama beberapa bulan, namun hidayah Allah menjemput ana, dan ana membuang rasa fanatik dan keluar dari HT walaupun harus diisolir, diboikot, dls. Ana sedikit kurang pernah berinteraksi dg pemikiran HT, buku-2 HT, ustadz-2 HT... jadi -mungkin antum katakan subyektif- dan ana faham sedikit kurang pola fikir, cara berfikir dan alur berfikir syabab HT...
Oke, taruhlah bahwa HT tidak sepakat dalam hal yg dikemukakan oleh 'Mujaddid' dan Abu Rifa al-Bualy ttg tuduhan dustanya kpd Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yg menuduhnya antek-2 kafir, khowarij krn mengkafirkan kaum muslimin dan memberontak thd umara', dll.
Sekarang, tunjukan kepada ana pemikiran resmi HT thd dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, maka ana akan mengevaluasi apa yang telah kami tuliskan thd HT...

4.) Ana tdk mengatakan bahwa HT menolak taqsim tauhid menjadi 3. Namun ana katakan ini adl pendapat yang tidak ditabanni oleh HT. Jika antum mengatakan bahwa pembagian tauhid menjadi 3 adl pendapat mutabannat HT, maka tunjukkan di kitab mana yg menjelaskan hal tsb dari kitab mutabannat HT.
Sekali lagi ana katakan, bahwa ana tidak mengatakan bahwa HT menolak taqsim (pembagian) tauhid mjd 3, tunjukkan ucapan ana yg manakah yg menyatakan demikian?? Ana hanya mengatakan bahwa penolakan taqsim tauhid mjd 3 bagian adl penolakan yg dilakukan oleh pendekar ahlul bid'ah Jahmiyyah terbesar masa kini yg bernama Hasan Ali as-Saqqof, 'pengangguran' dari Yordania yang sangat dielu-2kan oleh syabab HT Yordania. Diantaranya adalah si 'Mujaddid' (baca : Muharrif).
Hal ini menunjukkan bahwa siapakah diantara kita yg ceroboh + tidak adil + tergesa-2 di dalam menjustifikasi?!!
Ana hanya membantah qiyas ente yg menggunakan taqsim Tauhid ini sbg landasan menjustifikasi taqsim HT ttg Aqidah Ruhiyah dan Siyasiyah... Karena ana tidak pernah menemukan di dalam kitab aqidah yg ditulis oleh para ulama salaf mutoqoddimin yg menyebutkannya...
Na'am, Siyasah ada di dalam Islam dan menolaknya adalah kekufuran. Namun ana belum mendapatkan pembagian aqidah menjadi aqidah Siyasiyah kecuali apa yg dilakukan oleh HT. Oleh karena itulah ana katakan taqsim ini adalah MUHDATS!!!
Lagian antum blm menjawab pertanyaan ana pada messej sebelumnya ttg dalil-2 dan salaf antum/HT dalam masalah taqsim ini! Sebutkan satu saja!!! Sebagaimana taqsim tauhid mjd 3 berserakan di kitab para ulama salaf.

5.) Tampaknya kita harus kembali dg definisi istilah salaf dulu. Dalam hal ini ana tdk perlu berpanjang-2, bisa antum baca dalam artikel di blog ana yg berjudul Al-Wajiz fi Manhajis Salaf karya Syaikh Abdul Qodir al-Arna'uth.
Jika kita katakan salaf maka yg dimaksud adalah para mutaqoddimin (pendahulu kita) yang shalih dari segi ilmu dan amal. Dengan demikian Imam Ahmad, Syafi'i, Malik, Abu Hanifah, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Daruquthni, dst adl salaf kita. Demikian pula dengan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim, Ibnu Abdil Hadi, Adz-Dzahabi, Ibnu Katsir, dsl.
Dan inilah yang ana maksud dan yg ana minta dari antum. Siapakah salaf antum dalam taqsim aqidah ruhiyah dan siyasiyah?!! Sebutkanlah ya akhy...
Kita-2 adalah kholaf -benar- dan wajib atas kita meniru salaf, sehingga penisbatan kita kpd generasi terbaik adalah sebaik-2 penisbatan, yaitu : salafiyun. Karena ya' di belakang adl ya' nisbah yang bermaksud sbg penisbatan sbgm kata Syafi'iyun, Hanbaliyun, Hanafiyun, Asy'ariyun dan selainnya.

6.) Segala amalan yg mneyelisihi sunnah Nabi, atau mengada-2kan amalan di dalam Islam yg tdk pernah ada tuntunannya seolah-2 itu bagian dari agama, maka yang demikian inilah yg disebut dengan BID'AH, dan para pelakunya, apabila telah ditegakkan hujjah atasnya, diingatkan, tdk ada penghalang padanya, dan masih bersikeras melaksanakannya, maka mereka adl AHLUL BID'AH.
Ya akhy, apakah ketika Imam Ahmad mengatakan ttg al-Harist al-Muhasiby (Seorang Mu'tazili yang membantah Mu'tazilah) sebagai Ahlul Bid'ah dan mengisolirnya bisa dikatakan bahwa beliau adl tukang vonis bid'ah?!!
Memang, di dalam mentabdi', takfir, tafsiq dan semacamnya ada kaidahnya, ada kriterianya, ada syarat-2nya, yang kesemuanya haruslah dipenuhi dulu. Jika tidak kita akan jatuh menjadi ahli tabdi' belaka. Namun apabila kriteria, syarat, kaidah dan semua persyaratan telah dipenuhi maka mustahab bahkan bisa jadi wajib menvonis seorang ahlul bid'ah sebagai mubtadi' yg harus dijauhi dan ditinggalkan majelisnya.
Kesalahan-2 pd jama'ah-2 ini tdk sebagaimana yg antum kira, sbg perselisihan ijtihadi belaka. Karena 'klaim' antum ini adl klaim yg kosong dari argumentasi. Bagaimana tidak, wong antum tdk meletakkan dimana letak ijtihadinya, bahkan kontradikisi dengan pernyataan antum sblmnya yg menyatakan bahwa,
-----------------
Sejak kapan HT bertoleransi terhadap demokrasi ? terhadap terorisme ? terhadap tahayul dan lain sebagainya ? HT mengeluarkan pendapat dan tulisan untuk menentang itu semua ? Tidak pernah HT terus ikut dalam demokrasi, terorisme dan tahayul...
------------------
Ini artinya menurut pemahaman antum : demokrasi, terorisme, takhayul dan selainnya adl bathil, bid'ah dan keburukan. Lantas bagaimana bisa keburukan ini harus ditoleransi?!! Kalo' menoleransi perkara yang kita ingkari, maka ini mah namanya RIDHA dengan kebatilan tsb!!! Ini bukan perbedaan cara menggali hukum, namun ini perbedaan talaqqi sumber pengambilan hukum!!!

7.) Antum katakan :
"HT yang mengkafirkan penguasa adalah semata mata digali dari Quran ... dan itu juga telah disepataki oleh para ulama dengan istilah KUFRUN DUNNA KUFRIN, Kekafiran tanpa menjadikan pelakunya menjadi kafir ... "
Komentar : Ini adl pernyataan yang sangat aneh. Karena ketika dikatakan, negeri itu adalah negeri kafir, maka maksudnya kekafiran yang tidak mengkafirkan... maksudnya adl negeri tsb adl negeri yg masih Islam namun telah melakukan kemaksiatan yg lebih besar daripada zina. minum khomr dls. Ini adl pemahaman yg baru dan belum pernah difahami oleh para ulama seperti ini. Karena apabila dikatakan negeri itu negeri kafir, maka ada kewajiban hijhrah darinya menuju negeri Islam. Lantas apa gunanya pembagian bilad kufri dan bilad muslimah jika penyebutan bilad kufri itu tdk melazimkan negeri itu adl negeri kufur, namun negeri islam?!!
Yang benar, pernyataan : negeri kufur, jama'ah kafir, atau semacamnya, maka ini adalah takfir (pengkafiran), karena memiliki ta'yin mujmal kpd negeri atau kelompok tertentu. Ana tidak habis fikir, apabila dikatakan, negeri kafir namun pemerintah di dalamnya adl muslim karena kekafirannya adl kufrun duna kufrin!!! Dari sini, tampak bahwa antum tidak memahami istilah kufrun duna kufrin dan penggunaan istilah kafir!!!
Allah berfirman :
Wa man lam yahkum bima anzalallahu faula-ika humul kaafirum
Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah maka mereka adalah kafir.
Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata : maksudnya kufrun duna kufrin...
Nah, di sinilah perbedaan pemahaman utama antara yang antum fahami dengan yang difahami oleh para ulama, karena masalah tahkim qowanin wadh'iyah, apabila tanpa disertai takdzib, istihlal, ghoyru mukrah, atau meyakini bahwa hukum Allah sama dg hukum selainnya atau lebih buruk, maka telah kafir keuar dari Islam. Adapun jika mereka melakukannya karena terpaksa, atau karena hawa nafsu namun masih meyakini hukum Allah lbh baik dari selainnya, maka inilah yg dimaksud dengan kufrun duna kufrin, namun dosanya lebih dahsat dari berzina, minum khomr, dls...
Namun para ulama semua bersepakat, apabila penggandengan kata daulah atau daar dengan kufur atau kafirah, maka yang dimaksud adl negeri kafir bukan islam yang dipimpin oleh orang kafir walaupun negeri tsb menerapkan hukum Islam!!!
inilah letak kerancuannya!!!

Masalah khobar ahad, maka ana katakan:
Benar, HT menolak khobar ahad dalam masalah AQIDAH. Antum bisa saja bersilat lidah atau tangan, dengan menyatakan : "kita tidak menolak khobar ahad dalam masalah aqidah, kita menerimanya, kita membenarkannya namun kita tidak mengimaninya", maka ana katakan :
Nah, sama saja, apakah antum mengatakan menerima tidak menerima, tetap saja HT menolak khobar ahad dalam masalah aqidah!!! karena aqidah adalah keimanana dan keyakinan. Bagaimana mungkin bisa membenarkan apa yang tidak diyakini atau diimani?!! Bagaimana mungkin tashdiq akan hadir apabila tidak disertai dengan yaqin?!! apakah antum akan mengatakan sebagaimana HT Britain mengatakan dalam salah satu artikelnya :
WE BELIEVE BUT WE DON'T TRUST!!!
Padahal, orang barat/eropa sendiri yg lebih memahami bahasa mereka mengatakan : IN GOD WE TRUST!!!
Ini hanyalah permainan kata-2 belaka, yang akan menyebabkan para pemuda menjadi mbulet dan ngambang pola berfikirnya!!! Bukankah HT mengatakan bahwa iman adalah : TASHDIQU BIL JAZIM MUTHOBAQOH ALA AL-WAQI'?!! Bukankah tashdiq itu adalah bagian dari iman itu sendiri?!!
Jika antum katakan, "TASHDIQ BIL JAZIM beda dengan TASHDIQ BIGHOYRI JAZIM!!! yang kita maksud tashdiq bighoyri jazim lah yang tdk bisa digunakan sbg dalil dalam masalah aqidah!!!"
Maka ana jawab :
Intinya tashdiq itu bagian dari IMAN dan YAQIN. Bukankah kita semua sepakat bahwa iman dan yaqin itu bertingkat-2?!! Sedangkan utk Yaqin sendiri ada yang AINUL YAQIN, HAQQUL YAQIN, ILMUL YAQIN... namun semuanya dalam tingkatan YAQIN!! Tashdiq pun tidak jauh berbeda, karena tashdiq secara tidak pasti (ghoyru jazim) implikasinya adalah DHON AL-GHALIB, sedangkan para ulama ushul menjelaskan bahwa DHON AL-GHOLIB merupakan mazilah al-Yaqin... Karena tashdiq yang ghoyru jazim yang tdk bisa membawa keyakinan, maka namanya bukan tashdiq, akan tetapi SYAKK (ragu-2)!!! karena lawan dari YAQIN adl SYAKK atau ROYB dan tak ada pertengahannya!!!
Oleh karenanya pernyataan antum sendiri yang membenarkan tatkala antum mengatakan :: "karena seberapapun kualitas hadits ahad, dia masih berpotensi mengandung kebenaran, walaupun ada secuil keraguan.", dan secuil keraguan inilah yang menyebabkan antum tidak mau menjadikan khobar ahad dalam masalah keyakinan alias MENOLAKNYA...
Wallahul Muwafiq...

Wassalamu'alaikum

12/05/2005 03:48:00 PM  
Blogger Abu Salma Al-Atsari said...

Ana hanya akan mengomentari beberapa hal saja, adapun permasalahan fitnah thd Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ana cukupkan saja, karena ana rasa hujjah dan bayan telah ana sampaikan, dan kesimpulan yg antum tarik adl kesimpulan yg tdk logis ilmiah... Namun tdklah mengapa, karena pola fikir dan kemampuan manusia di dalam 'digesting' (mencerna) itu berbeda-2...
Di sini saya hanya ingin mengomentari dua hal yg paling aneh diantara hal-2 yg aneh lainnya. Yaitu masalah Darul Islam/Darul Kufur dan masalah khobar ahad.

1. Dibalik Darul islam / Darul kufur dengan Khobar Ahad.
Pernyataan (baca : pemahaman) antum bahwa pemerintahan kaum muslimin saat ini tidak ada dan seluruhnya adl negeri kufur/kafir namun yg dimaksud adl kufrun duna kufrin. Yakni amalan kafir yg tdk mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Dalam hal ini antum tdk faham masalah takfir (vonis kafir) thd individu, jama'ah atau negara, dan antum juga tdk faham takfir dlm hal amalan atau ucapan.
Dan ini menunjukkan kesesuaian pemahaman antum dg pemahaman murji'ah yg mengeluarkan amalan dari keimanan. Koq bisa? antum jgn berang dulu, fahamilah dulu ucapan ana ini dan cermatilah, baru silakan antum berkoar-2.
Ucapan ana ini akan berhubungan dg masalah aqidah dan imbasnya nanti juga akan membahas khobar ahad.

***
Sebelumnya kita fahami dulu, apakah murji'ah itu, karena tdk menutup kemungkinan antum blm faham ttg hakikat murji'ah, karena antum tdk memberikan komen saat di mesej ana sebelumnya ana menuduh HT memiliki pemahaman murji'ah.
Murji'ah adl kelompok sesat yang menyempal dari Islam yang memiliki pemahaman bahwa Iman itu stagnan statis tidak naik dan turun, dan mereka mengeluarkan amalan dari hakikat keimanan dan meyakini bahwa iman orang yg shalih sama dg org yg fajir. Mereka mendefinisikan iman hanyalah ma'rifat atau tashdiq belaka.
Murji'ah ada beberapa macam :
a. Jahmiyah Murji’ah yang berpendapat bahwa Iman sebatas pengetahuan (ma’rifat) belaka. Sebagian Imam Salaf mengkafirkan mereka.
b. Karramiyyah yang membatasi keimanan hanya dengan ucapan lisan saja tanpa perlu diyakini dalam hati.
c. Murji’ah Fuqoha’ yang berpendapat bahwa iman itu keyakinan dengan hati dan ucapan dengan lisan, namun mereka mengeluarkan amalan dari yang namanya keimanan.
Mereka semua di atas kesesatan walaupun tingkat kesesatannya berbeda-beda, sebagaimana yang telah diperinci oleh Syaikhul Islam -rahimahullahu-.
Hizbut tahrir dlm hal ini memiliki kesesuaian dg murji'ah fuqoha' yg mengeluarkan amalan dari keimanan. Loh koq bisa???
***

Bisa, karena definisi HT ttg aqidah adl :
"Tashdiqu bil jazim muthobaqoh 'alal waqi'" yang tdk menyinggung masalah amalan sama sekali, hanya menyinggung tashdiq al-Jazim belaka dan lebih memperkuat al-Jazimnya.
Sehingga HT meyakini bahwa iman itu haruslah dg dalil qoth'i tdk boleh zhonni, dan berdalil dg zhonni maka 'atsim (berdosa) di dalam masalah keyakinan/keimanan, sebagaimana dinyatakan sendiri oleh an-Nabhani dalam Syakshiyah Islamiyah jilid III dan dalam ad-Dusiyah (akan ana nukilkan nanti di bawah).
HT meyakini bahwa aqidah harus dari berpijak dari qoth'i ats-Tsubut (periwayatannya) dan qoth'i ad-Dilalah (penunjukannya). Karena itu khobar ahad adl dhonni ats-Tsubut shg tdk boleh dijadikan dasar dalam aqidah, mengimaninya adl berdosa namun menerimanya sbg dalil dlm masalah ahkam/ibadah (lih. Fathi M. Salim, al-Istdilal bidh dhonni fil aqidah).
Dengan demikian, HT menolak tingkatan iman, yakin dsb. karena HT meyakini bahwa iman & yakin haruslah qoth'i, shg khobar ahad yg shohih ditolak dlm msl aqidah (antum jgn tergesa-2 dulu menyatakan ana menuduh dusta ttg kata penolakan ini, insya Allah akan ana sebutkan lebih tafshil sebentar lagi).

****
Nukilan (Quote) :
An-Nabhani berkata di dalam kitab ad-Dusiyah hal. 3 : "Terdapat perbedaan antara hukum-hukum syariat dan perkara-perkara aqidah dari sisi dalil. Hukum-hukum syar'iyyah boleh ditetapkan dengan dalil dhonniy dan boleh dengan dalil qoth'iy kecuali aqidah, karena harus ditetapkan dengan dalil qoth'fiy, tidak boleh ditetapkan dengan dalil dhonniy sedikitpun. Aqidah tidak boleh diambil melainkan harus dengan dalil yakin, apabila dalilnya qoth'iy maka wajib diimani dan mengingkarinya adalah kafir, namun jika dalilnya dhonniy maka haram bagi tiap muslim mengimaninya, maka wajib menetapkan aqidah dengan dalil qoth'iy!!!"
***

Dengan nukilan di atas, jelas bahwa HT meyakini kalo menggunakan khobar ahad dlm masalah aqidah adl haram dan dosa. Karena aqidah haruslah dari sumber mutawatir.

Lantas apa hubungannya dengan Murji'ah???
Hubungannya adalah :
1. HT dalam mendefinisikan iman tdk sebagaimana ahlus sunnah yg mendefiniskan sebagai : "Tashdisu bil jinan wa taqiru bil lisan wa 'amalu bil arkaan/jawaarih wal iimanu yaziidu bith tho'ati wa yanqushu bil ma'shiyati."
Inilah syarat-2 itu, bahwa iman itu :
1. Diyakini dg hati
2. Diucapkan dg lisan
3. Diamalkan dg anggota tubuh
4. Bertambah dan berkurang
adapun HT menyatakan bahwa iman itu "Tashdiqu bil jazim muthobaqoh 'alal waqi'" belaka, yg hanya tersusun atas tashdiq belaka. Ini adl faham 'jahmiyah murji'ah'.
Adapun HT berfaham murji'ah fuqoha' adl ketika HT meyakini bahwa khobar ahad (yg shahih) tdk boleh dijadikan dasar dlm aqidah namun boleh dalam amalan...
***

Quote :
An-Nabhahi berkata dalam Ad-Dusiyah hal 6, teks lengkapnya adalah sebagai berikut ; "Dari Abi Hurairah Radhiallahu 'anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam: "Jika kamu selesai dari tasyahud akhir, memohonlah engkau perlindungan kepada Allah dari 4 hal, dari adzab jahannam... dst dan hadits dari Aisyah Radhiallahu 'anha, berkata, Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam berdoa dalam sholatnya, "Ya Allah aku memohonh kepada-Mu perlindungan dari adzab kubur dst... Dua hadits ini adalah khobar ahad, keduanya berisi anjuran mengamalkan do'a ini setelah selesai tasyahud, sehingga termasuk sunnah berdo'a dengan do'a ini setelah selesai tasyahud. Adapun berita yang terkandung di dalamnya boleh dibenarkan namun haram diyakini secara pasti kebenarannya!!! Yaitu beri'tiqod dengan berita dalam hadits ahad atau dengan dalil dhonniy. Namun jika khobar tersebut mutawattir, wajib beri'tiqod dengannya."

Syaikh Salim al-Hilaly mengomentari pernyataan ini dalam al-Jamaa'at hal. 317, sebagai berikut : "Ucapan tersebut adalah pertentangan yang membingungkan! Karena mereka memisahkan antara iman dengan I'tiqod, dan mereka menduga bahwa I'tiqod merupakan tingkatan keimanan setelah iman, dan mereka tidaklah mengetahui bahwa I'tiqod adalah asas iman. Jika kalian bukan termasuk orang-orang yang beri'tiqod (Mu'taqidin) maka pastilah kalian bukanlah termasuk orang-orang yang beriman (mu'minin), karena iman tidaklah akan berfaidah tanpa I'tiqod."

Nah, dari sinilah HT jatuh pd kesalahan murji'ah itu, bahkan jatuh dalam bid'ah taqsim 'amaliyah dan i'tiqodiyah, dimana khobar ahad boleh dalam msl amalan namun tdk boleh dlm msl i'tiqod. Ini artinya HT tdk menganggap bahwa amalan dari bagian dari keimanan sehingga boleh berhujjah dg khobar ahad di dalamnya namun tdk boleh kalo dlm masalah keimanan. Hadza sya'un 'ujaab...
Makanya ana katakan sebelumnya, bahwa HT itu menolak khobar ahad dalam masalah aqidah...
Kalo antum masih protes... kita tdk menolak!!! Maka ana tanya pada antum, apakah antum mengimani berita-2 dlm khobar ahad???
Jika antum jawab iya, berarti antum menyelisihi pemahaman HT dan pendiri HT sebagaimana maklum dalam pendapat HT yg mutabanat, sehingga pemahaman antum menyelisihi pemahaman HT.
jika antum menjawab tidak, maka benar bahwa antum menolak khobar ahad dalam masalah aqidah...

***
Antum berkata :
"Masak sampean nggak bisa membedakan antara istilah menolak dan meragukan sih ... ampun ..."
Ana jawab :
Menolak dan meragukan adl kalimat berbeda, dimana org yg meragukan belum tentu menolak namun org yang menolak belum tentu karena ragu...
Namun yg pasti, sangat bisa jadi sekali bahwa org yang meragukan suatu berita dia akan menolak berita tsb!!!
Bukankah demikian??

Antum berkata lagi :
"Tak bikinkan analogi begini : Misalkan sekarang ini langit diatas sampean warnanya abu abu, antum menolak nggak kalau dikatakan itu akan hujan. Menolak nggak ? Ngawur kalau sampai menolak. Tapi apa sampean ragu-ragu kalau itu hujan atau tidak ? Ya .. antum ragu ragu. Karena kemungkinan hujan dan kemungkinan tidak hujan. Lalu kalau mendungnya bertambah item bagaimana? Semakin tidak ragu ragu, namun meski masih ada perasaan penolakan kalau akan hujan sebab bisa saja awan datang menyapu mendung item tersebut."
Ana jawab analogi ini :
Setiap sesuatu pasti ada sebab akibat melainkan apa yg Allah kehendaki lain. Kotoran sapi yg kita temukan di jalan, pasti akan menyebabkan kita menduga bahwa pasti ada sapi yg lewat di sini. Bekas ban sepeda motor di jalan, pasti akan menyebabkan kita menduga bahwa sebelumnya ada sepeda motor yg lewat di sini. Ini semua dugaan yg berdasarkan qorinah (indikasi) yg kuat.
Kembali ke analog sampeyan, langit berwarna kelam, udara semakin sejuk dan angin semakin berhembus, qorinah dan alamat akan hujan. Kita menduga bahwa akan hujan turun dengan qorinah tsb namun kita tdk bisa memastikan apakah benar-2 akan hujan ataukah tidak. Karena qoddarollahu ma sya fa'ala.
Ana katakan, analog atau qiyas antum di atas adl fasid (rusak) tdk layak diterapkan dlm masalah penentuan khobar ahad apakah bersifat zhonniyah ataukah tidak??
Loh koq bisa?
Iya, karena :
- Antum mengqiyaskan khobar (informasi) dengan perkara ghaib (yakni hujan) yg hanya Allahlah yg tahu kapan ia akan turun dan kapan ia akan berhenti.
- Antum mengkiyaskan suatu informasi (khobar) yg telah ada dan dapat dicek-recek (tabayun) sebagaimana analog ana ttg kotoran sapi atau jejak ban, dimana kejadian telah berlangsung dengan kejadian yang belum berlangsung alias kejadian akan datang yg merupakan perkara ghaibiyah...
Seharusnya, ya Muhammad Itsnaini, antum menggunakan analog yg lebih sehat, seperti perkataan org arab :
"Sesuatu itu dikenal dari atsar (jejak)nya
Serigala diketahui dari jejak dan kotorannya."
Maka yg demikian ini analog yg lebih dekat dari sisi asbab bukan dzat, na'udzubillah. Kita tdk mengkiyaskan khobar sama dg kotoran, namun kita mengkiyaskan atsar (bekas) sama dengan atsar (jejak)...
Karena yg demikian ini dpt menimbulkan zhan, mjd gholabatuzh zhon dan akhirnya mjd yakin.****

Memang sebagian ulama menyatakan bahwa khobar ahad itu yufidu zhon. Karena, khobar ahad berangkat dari para perawi yg tdk ma'sum, yg kadang salah kadang lupa, bahkan ada diantara mereka yg pendusta, pengkhianat, dls...

Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasik membawa berita, maka tabayunlah (cek dan recek)" (al-Hujurat : 6). Imam al-Albany Rahimahullah berkata : "Dalam riwayat lain dibaca "tatsabbutlah", hal ini menunjukkan bahwa jika yang membawa berita itu adalah orang yang adil, maka hujjah telah tegak. Tidak lagi wajib untuk diperiksa namun langsung diterima. Oleh karena itu Ibnul Qoyyim bertkata dalam I'lamul Muwaqqi'in 2/394, "Hal ini ditunjukkan secara pasti diterimanya khobar ahad, karena tidak lagi membutuhkan klarifikasi. Jika khobar tadi tidak memberi faidah ilmu tentunya harus diklarifikasi supaya memberi faidah ilmu." (al-Hadits hujjatun binafsiha, hal. 57). Dari penjelasan ini, teranglah bahwa hadits yang telah diperiksa dan memenuhi syarat keshahihan haidts membuahkan faidah 'ilmu yakin.
Karena zhon itu sendiri bermakna dua hal yg saling kontradikitif, yakni bermakna syak dan bermakna yakin (lih. Al-Mufrodat)
Oleh karena itulah para ulama mengembangkan ilmu hadits. ilmu riwayah wa dirayah, ilmu jarh wa ta'dil, mushtholahul hadits, dll
***

Quote :
Syaikh Salim berkata :
"Jadi, hadits nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam yang telah memenuhi 5 syarat shahihnya hadits, yaitu:
i) Silsilah/rantai periwayatan bersambung oleh perawi yang
ii) tsiqoh (terpercaya keadilannya)
iii) dhabit (cerdas atau hafalannya kuat)
iv) tidak syadz (bertentangan dengan yang lebih tsiqah) dan
v) tidak memiliki illat (penyakit/kelemahan yang tersembunyi)
syarat-syarat inilah yang melindungi hadits dari kesalahan dan kealpaan. Kita katakan, memang bisa jadi seorang perawi itu lupa atau salah, namun kita bisa menjadi yakin dalam perkara ini (yaitu setelah terpenuhinya kelima syarat tadi), bahwa perawi ini tidak lupa dikarenakan ia adalah seorang yang dlabit dan tsiqoh pada diennya lagi terpercaya, serta diriwayatkan darinya oleh orang-orang sepertinya yang terpercaya dan memiliki hafalan yang kuat lagi tidak melupakan sesuatu apapun, juga tidak bertentangan dengan hadits yang lainnya dan tak memiliki 'illat. Maka kita bisa menjamin bahwa perawi tersebut tidak lupa, bukan dikarenakan kita menganggapnya sempurna (ma'shum), namun dikarenakan kita telah memeriksa dan mengeceknya. Sehingga persyaratan ini menghasilkan ilmu (yakin) kepada kita. Walaupun seandainya kita berkata, hadits ini hanya membuahkan dhan, namun dhan yang manakah yang dimaksud? Dhon yang yakin lagi benar ataukah dhon yang salah. Tentulah mereka akan mengatakan dhon yang benar! Kemudian kita katakan, Khobar ini adalah sumber bagi aqidah sebagaimana dalam Firman Allah :
"yaitu orang-orang yang meyakini (dhon) bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali pada-Nya." (al-Baqoroh 2:46). Kata dhon di sini digunakan sebagai makna keyakinan/keimanan dari salah satu rukun iman, yaitu iman kepada hari akhir.
Allah Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya aku yakin (dhonn), bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku." (al-Haaqah 69:20).
(Penggunaan istilah dhon) pada ayat ini dinyatakan sebagai pujian terhadap mereka, orang-orang mu'min.
Demikian pula pada ayat, "Serta mereka telah mengetahui (dhonn), bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja." (at-Taubah 9:11) pada kisah orang-orang yang ditangguhkan (taubatnya). Di sini dhon juga bermakna keyakinan/I'tiqod, jadi ia bermakna iman.
***

Maka demikianlah keadaannya!!! Khobar ahad mampu membuahkan al-yakin setelah adanya tabayun dan tatsabut. sehingga wajib dibenarkan dan DIIMANI. Tidak layak seorang muslim MERAGUKAN (Syakk/royb/takhmin) thd hadits-2 nabi yg shahih.
****

Ucapan antum
"Terus yang masih bikin saya tidak mengerti itu, apakah anda bisa melihat isi hati orang ? Mengapa kalau ada orang bilang bahwa hadits ahad itu mengandung dzon langsung kesimpulannya orang itu tidak menggunakan hadits ahad ?"
Tanggapan :
Antum mengambil kesimpulan yg salah ya akhy jika menyatakan demikian, karena ana tdk menyatakan bahwa org yg menyatakan hadits ahad itu zhon maka artinya ia menolak... adakah perkataan ana seperti itu???
Bahkan ana katakan bahwa dhon itu bisa bermakna yakin apabila dhon itu dhon rajih dan bisa bermakna syak apabila dhon itu dhon marjuh.
Bahkan antum dan HT sendiri lah yg seolah-2 memaknai dhon itu sbg syak, sehingga ucapan ini muncul :

"Makanya sekali lagi tanpa banyak debat saya cuman ingin mengatakan bahwa hadits " .. kemudian akan ada khilafah ..." itu adalah hadits ahad dan sangat dipegang HT, demikian juga masalah imam mahdi dan lain lain, HT juga yakin imam mahdi itu akan datang dan menjadi salah satu khalifah .. padahal hadits hadits imam mahdi itu ahad semua .. lalu mengapa dipakai ? KArena kesimpulan anda salah. KEsimpulan yang benar adalah HT juga menggunakan hadits ahad dalam aqidah. Titik !!"
Tanggapan :
Ucapan anda di atas bisa jadi diantara dua hal :
1. Abang-2 lambe alias penghias dimana antum menyembunyikan hakikat alias berdusta. Dan mudah-2an bukan demikian... atau
2. Antum org yg jahil (tdk faham) dg madzhab HT. Terlebih setelah antum menyatakan : "HT juga yakin imam mahdi itu akan datang"...
Oleh karena itu, ana tantang antum menunjukkan bukti bahwa HT YAKIN ttg berita khobar ahad, dan hal ini menunjukkan kontradiktof antum dg pernyataan sebelumnya yg menyatakan 'meragukan' namun tdk menolak, sebab meragukan tdk akan mampu membuahkan keyakinan.
Ana dan antum sepakat, bahwa HT meragukan khobar ahad sebagai hujjah dlm masalah aqidah, walaupun antum menyatakan 'membenarkan', 'menerima' dls... namun tidak MENGIMANI. Inilah hakikatnya. Membenarkan namun tidak mengimani. Menerima sebagai pembenaran namun menolak sebagai keimanan. Jadi intinya adl menolak dlm masalah keimanan.
Oleh karena itu, ana tdk heran dg ucapan : "KITA MENERIMA KHOBAR AHAD DALAM MASALAH AQIDAH, KITA BENARKAN NAMUN TIDAK KITA YAKINI!!!"
Sama persis dg ucapan an-Nabhani dan pembesar HT lainnya.
Jika antum bersikeras bahwa antum menerima dalam masalah aqidah dan antum MEYAKINI, maka ana katakan, masya Allah!!! HT jadidah muncul... karena ucapan antum akan kontradiktif dg an-Nabhani, Abdurrahman al-Baghdadi, Muhammad Khaththath, M. Sidiq al-Jawi, Hafizh Abdurrahman, bahkan penyusun risalah penolakan khobar ahad dlm masalah aqidah, yakni Lazuardi al-Jawi dan shohibnya yg jahil seperti Mujaddid (baca : muharrif) dan Abu Riya' al-Buali.
Wallahu a'lam.

*****
2. Darul Kufur/Islam??
Antum fahami dulu, masalah takfir mu'ayan thd jama'ah, individu, dls dengan takfir thd amalan/ucapan.
Kufrun duna kufrin adalah kufur amali yg tdk menyebabkan pelakunya keluar dari Islam, sehingga kita tdk boleh menyebut, fulan kafir, jama'ah ini adl kafir, negara ini adl kafir.. apabila kufurnya adl kufrun duna kufrin.
Sebab menyatakan jama'ah ini kafir, fulan kafir atau negara ini kafir, maka akan terhilanglang ishmahnya yakni kehotmatan, darah dan hartanya. Sebab ta'yin demikian menunjukkan bahwa yg dita'yin telah kafir, bukan bermaksiat.
Dengan demikian, menyatakan negeri-2 kaum muslimin saat ini adl daulah kafirah, maka tdk bisa difahami dg kufrun duna kufrin, karena telah jatuh ta'yin padanya. Sehingga apabila dikatakan darul kafirah, maka akan ada kewajiban hijrah darinya, negeri itu akan menjadi daru harb dls...
Dan ini adl ucapan paling baru yg baru ana dengar (baca) dari antum, yg imbasnya menghilangkan fikih daulah yg tersebar di dalam kitab-2 fikih.
Taruhlah pemahaman antum benar, kufrun duna kufrin, ini artinya negeri dan pemerintahan itu masih Islam, shg tdk boleh kita melakukan pemberontakan, penghujatan umara' secara massal di minar-2 dan khayalak, dan semisalnya. Namun mengapa HT bersikap seolah-2 pemerintah adl pemerintah kuffar dg aktivitas pembongkaran aib hukkam...
***

Quote :
Di dalam Manhaj Hizbit Tahrir fit Taghyir hal. 36 dikatakan, "Hizb tidak berkompromi dengan para penguasa dan tidak memberikan loyalitas kepada mereka, termasuk konstitusi dan perundang-undangan mereka walau dengan alasan kelancaran da'wah. Sebab syara' mengharamkan mempergunakan sarana yang haram untuk memenuhi suatu kewajiban. Sebaliknya hizb mengoreksi dan mengkritik penguasa dengan tegas."
Dalam hal 37, "Hizb juga menolak membantu mereka melakukan ishlah baik di bidang ekonomi, pendidikan, sosial kemasyarakatan maupun di bidang moral"
Dalam hal 42, Aktivitas hizb adalah menentang para penguasa di negara-negara Arab maupun negeri-negeri Islam lainnya. Mengungkapkan makar-makar jahat mereka, mengoreksi dan mengkritik mereka"
***

Bandingkan dengan hal berikut :
Ibnu Muflih dalam al-Adab asy-Syar'iyah (I/195-196) menceritakan : "Ketika pemerintahan dipimpin al-Watsiq, para ulama' Baghdad berkumpul menemui Abu Abdullah (Imam Ahmad) dan berkata, 'para penguasa telah melampaui batas (yakni memaksa umat meyakini al-Qur'an adalah Makhluk). Kami tidak ridha dengan kepemiminannya.' Imam Ahmad menjawab, "ingkarilah dengan hatimu, jangan melepaskan wala'mu, jangan membuka kemaksiatan sesama muslim, jangan menumpahkan darah, cermatilah dampak perbuatanmu, dan bersabarlah hingga bumi ini menjadi tenteram dan terbebas dari pelaku kemaksiatan pembawa bencana.' Beliau melanjutkan, 'melepaskan wala' kepada penguasa tidak benar, bahkan menyimpang dari tuntunan."
Imam Fudhail bin Iyadh berkata, "Sekiranya saya memiliki do'a yang mustajab, maka saya akan mendo'akan kebaikan kepada penguasa, bukan sebaliknya, walaupun mereka sangat keji dan dhalim. Hal ini karena dampaknya akan kembali kepada mereka sendiri dan umat, sebagaimana maslahatnya juga akan kembali kepada mereka dan umat." (Thobaqot al-Hanabilah II/26)
Imam Abdul Lathif bin Abdurrahman berkata, "para modernis nampaknya tidak menyadari bahwa perwakilan umat sejak masa Yazid bin Muawiyah, kecuali Umar bin Abdul Aziz dan orang-orang yang dikehendaki Allah dari bani Umaiyah, telah melakukan tindakan kriminal dan kedhaliman terhadap umat. Walaupun demikian, para pakar dan ulama' saat itu tidak melepaskan diri dari ketaatan sebagaimana yang disyariatkan. (ad-Durarus Sunniyah fil Ajwibah an-najdiyah, VII/177).
Perhatikanlah perkataan "dhalim, keji, fasiq, dls", yg menunjukkan kufrun duna kufrin... lantas mengapa manhaj HT berbeda?!!
Allahu a'lam bish showab.

12/12/2005 09:34:00 AM  
Blogger Abu Salma Al-Atsari said...

Kepada saudaraku Muhammad Itsnaini...
Tidak banyak ana akan berkomentar, karena waktu ana yg singkat dan habis utk berjidl ria dg antum, dimana antum sama sekali tdk menunjukkan rujukan-2 ilmiah, dan hanya mempertanyakan suatu hal yg telah jelas...

1. Terima kasih karena telah mengatakan ana 'TAKUT' melanjutkan berdiskusi ttg fitnah yg dilontarkan oleh shufiyun hizbiyun kpd Syaikh Ibnu Abd Wahhab, ini adl suatu hal, yg jujur aja membuat ana geli tertawa.
Ana hanya akan mengomentari pernyataan antum apabila antum menuliskan bantahan antum secara lengkap, dengan maraji' (referensi)-nya dan ilmiah.
Adapun jika hanya mempertanyakan sesuatu hal yg pd hakikatnya telah terjawab, dg maksud hiilah atau semacamnya, ana rasa tdk perlu diperpanjang lagi. Oleh karena itu, ana 'tantang' dan harapkan siapa saja, entah 'Mujaddid' (baca: Muharrif), atau Abu Riya al-Buali, atau antum, atau Ismail Yusanto, atokah murid-2nya... tafadhdhol dicounter, dibantah ataupun dijawab secara ilmiah...
Jika tidak demikian, maka ana hanya akan membuang-2 waktu belaka. Sedangkan tugas dan kewajiban masih banyak. Buku-2 yang blm dibaca dan ditelaah masih banyak sekali, majalah-2 ilmiah, muhadhoroh, mendengarkan kaset-2 ceramah, dll... masih banyak blm ana laksanakan.
Oleh karena itu, silakan antum jawab, sebarkan di blog antum, atau website resmiHT, atau selainnya... maka ana akan luangkan waktu utk membalasnya...

2. Mengenai pembahasan di atas, tampaknya tidak perlu ana komentari juga. Karena sebagaimana seorang penyair berkata :
Saya pergi ke timur dan dirimu pergi ke barat
aduhai alangkah jauhnya timur dan barat.

Tanpa ada sikap disrespek ataupun meremehkan, ana melihat bawah tidak ada nilai ilmiah dari bantahan antum dan lemahnya pemahaman antum -afwan- shg ana harapkan antum mau meluangkan waktu utk menelaah kitab-2 para ulama salaf. Ana sarankan utk membaca kitab-2 aqidah semisal :
1. Aqidah ath-Thohawiyah karya Imam Abu Ja'far beserta syarhnya Imam Ibnu Abil Izz al-Hanafi.
2. Aqidah Salaf Ashhabul Hadits karya Imam Abu Utsman Ash-Shobuni.
3. Aqidah al-Wasithiyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Dan masih banyak lagi kitab-2 aqidah lainnya yg disusun oleh salaful ummah yang isinya lebih ahkam dan aslam daripada aqidah yg ditulis oleh tokoh-2 mu'tazilah, asy'ariyah dan semisalnya.
Ana sarankan juga antum baca karya-2 Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab beserta karya-2 murid-2 beliau. Niscaya insya Allah akan lebih bermanfaat bagi diri antum...
Dan semoga Allah memberikan hidayah kpd antum, kpd ana dan kaum muslimin.

12/13/2005 04:55:00 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home