الدعوة السلفية : موقع أبو سلمي الأثري

Tuesday, May 09, 2006

Kalimatu Inshaf fi Bayani Haqiqati Syaikh Ahmad Surkati
(Nashihatu Syaikhaini Ali Hasan wa Muhammad Musa Nashr lis salafiyin)
Berkata Syaikhuna Ali Hasan al-Halaby hafizhahullahu pada saat Muqoddimah Dauroh V di Lawang beberapa waktu silam, mensikapi aktivitas ahlul fitan yang gemar mencela dan menghujat, terutama merusak kehormatan dan hak Syaikh Ahmad Muhammad as-Surkati rahimahullahu :
"Kita di dalam daurah–daurah, pelajaran-pelajaran, majlis-majlis serta tulisan-tulisan kita tidak pernah fanatik terhadap seorangpun dari masyayikh meski tinggi kedudukannya. Sesungguhnya kita mencari petunjuk dari Al-Qur’an dan sunnah, kita mengagungkan orang yang mengagungkan Al-Qur’an dan sunnah, kita membantah orang yang menyelisihi keduanya dengan bantahan yang tegak diatas keadilan dan jauh dari metode menimbang yang rusak yang tujuannya untuk mematikan kebenaran serta menghinakan para pengikut kebenaran.
Jika demikian perkaranya maka tidaklah tersembunyi lagi bagi kita keadaan Syaikh Ahmad Surkati rahimahullahu yang merupakan pendiri pertama Jum’iyyah Al-Irsyad, kita mengetahui sejarahnya tapi kita tidak fanatik kepada beliau serta tidak menjadikannya sebagai hizbiyah.
Namun yang wajib diketahui oleh setiap yang memiliki akal dan pandangan bahwa Syaikh Surkati rahimahullahu hidup dinegeri ini satu abad yang lalu dan pada saat itu negeri ini menjadi lahan subur bagi sufisme/tasawuf, penyembah kubur, kesyirikan, bid’ah dan kesesatan. Tidak ada pada waktu itu da’i yang menyeru manusia untuk menolak bid’ah, syirik, bahkan hadits lemah maupun palsu (selain daripada beliau).
Dan didalam majalah beliau “Adz-Dzakhiirah” terdapat bab-bab yang diulang-ulang tentang penjelasan hadits lemah dan palsu terlebih lagi tentang dialog ilmiah yang amat banyak untuk membela sunnah, akan tetapi (secara jujur) beliau terpengaruh dengan madrasah /pemikiran Syaikh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho dan beliaupun memiliki kesalahan-kesalahan.
Namun beliau mengagungkan Al-Qur’an dan sunnah. Seandainya Allah memberi umur panjang kepada beliau dan memberi kesempatan kepadanya untuk pindah dan bertemu para ulama’ lalu dijelaskan yang benar maka orang yang seperti beliau ini (yakni, da’i pengagung kebenaran, Al-Qur’an dan Sunnah) akan kembali kepada kebenaran.
Adapun yang membandingkan antara dakwah salafiyah sekarang di Indonesia atau yang lainnya dengan dakwah salafiyah pada zaman Syaikh Surkati satu abad yang lampau maka ini adalah perbandingan yang dzalim dan tidak benar. Apabila ada yang ingin mengetahui keadaan seseorang maka hendaklah dia mengenal sekelilingnya, fakta serta madrasah/pemikiran yang selaras ataupun yang menyelisihinya.
Kita mengatakan seperti ini karena sebagian orang menyangka bahwa kita atau saudara-saudara kita yang mengadakan daurah serta ma’had (Ali Al-Irsyad) –secara khusus- memuji Syaikh Surkati atas kesalahan-kesalahannya.
Tidak!!! Kita tidak memuji melainkan yang sesuai dengan kebenaran. Ini daurah yang kelima dan merupakan yang pertama disebutkan tentang Syaikh Surkati rahimahullahu meskipun mungkin dahulu pernah disebut secara sepintas. Kita sebutkan hal ini berdasar keyakinan dan amanat (ilmiah) agar kita tidak mendzolimi atau terdzolimi..."
Melihat apa yang diutarakan oleh Ibnu Karmany dan orang-orang yang semisalnya -semoga Alloh memberi taufiq kepada mereka semua-, maka ini semua menunjukkan kebodohan yang sangat pada mereka, pengagungan akal-akal mereka yang kerdil dan merasa lebih tinggi (alim) dibandingkan oleh para masyaikh.
Kami herankan, mereka menukil dari sumber-sumber yang perlu diklarifikasi periwayatannya, yang mana penukilan-penukilan mereka adalah penukilan zhalim, karena apa yang ada pada buku-buku, karangan dan karya Syaikh Ahmad as-Surkati adalah menyelisihi tuduhan mereka.
Apakah 'style' dakwah haddadiyah semacam ini, yang mudah mentahdzir, mentabdi', menvonis mu'tazilah, aqlani dan semacamnya bisa dikatakan sebagai uslub da'wah salafiyah?!! Apakah karakter lebih mengagungkan ucapan ustadz-ustadznya dan pemikiran-pemikirannya daripada ucapan ahlu ilmi bisa dikatakan sikap ilmiah salafiyah?!! Atau inikah ashobiyah (fanatisme) gaya baru?!!
Sekaranglah saatnya menggunakan akal sehat wahai saudaraku!!! Dan mengambil ilmu dari sanadnya yang tinggi, bukan dari qiila wa qoola ataupun isu-isu yang dihembuskan -walaupun dari kalangan du'at yang berilmu namun juga memilikihawa nafsu, dengki, marah dan hasad- hanya karena masalah-masalah yang bisa diselesaikan di hadapan ahli ilmu... Apakah mungkin masyaikh untuk kesekian kalinya tertipu dan dibodohi sebagaimana tuduhan saudaraku yang jahil, Abu Dzulqornain Abdul Ghafur al-Malanji yang tidak memiliki keberanian ilmiah untuk tampil berdiskusi secara langsung... Subhanalloh, sungguh manhaj sururiyah telah masuk ke pemahaman kalian jika demikian...
Syaikhuna Muhammad Musa Alu Nashr hafizhahullahu berkata :
"Saudara-saudaraku yang kucintai, disini saya ingin menekankan kembali bahwa para masyayikh yang telah sering menyambut undangan saudara-saudara mereka di negri yang mubarokah ini akan senantiasa diatas pendirian –insya Allah- dan tidak akan meninggalkan kalian serta dakwah salafiyah al-mubarokah yang telah banyak menyebar di belahan dunia –alhamdulillah- seperti menyebarnya sinar yang membelah gelapnya kebodohan, syirik, bid'ah, khurofat, dan kegelapan hizbiyah yang dimurkai (Allah) yang telah memecah belah persatuan kaum muslimin dan menjadikan santapan lezat bagi musuh-musuh Islam."
Apakah layak ucapan syaikh di atas antum katakan bahwa beliau tidak faham berhadapan dengan hizbiyun, dengan harokiyun, dengan sururiyun. Jika demikian syaikh tidak akan meninggalkan dakwah hizbiyah, harokiyah dan sururiyah dan syaikh menyebutnya sebagai dakwah salafiyah al-mubarokah. Nas'alullaha salamah wa 'aafiyah.
Syaikh Ali Hasan Hafizhahullahu ditanya ketika beliau berkunjung ke Masjid Khodijah Makasar pada tanggal 18 Febuari 2006.
Pertanyaan: Kami meminta nasehat kepada Syaikh tentang keadaan para duat salafiyyin yang mereka saling berselisih, satu sama lain saling mentahdzir disebabkan karena persoalan yang kurang jelas??
Jawaban: "Saya yakin bahwa kebanyakan permasalahan yang terjadi diantara saudara-saudara kita sesama salafi sebabnya adalah penyakit jiwa dan hati (Hal ini seperti yang dikatakan oleh Syaikh al-Albani tentang diri beliau : "Sesungguhnya aku terdholimi oleh kebanyakan orang yang mengaku memiliki ilmu dan diantara mereka (kemungkinan) sama-sama berada di atas manhaj salaf. Jika demikian perkaranya maka orang tersebut telah termakan hatinya oleh rasa dengki dan hasad. "Muhadditsul 'Ashr Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani" oleh Syaikh Samir az-Zuhairy hal. 49,- Red). Seandainya mereka mau mengamalkan sabda Nabi : "Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri." Maka akan sempitlah ruang perselisihan diantara mereka akan tetapi kenyataan yang ada mereka saling tuduh menuduh tanpa bukti dan meneliti, serta tanpa adanya semangat untuk memberi hidayah dan taufik.
Akan tetapi seandainya tuduhan-tuduhan ini dibahas kembali dan diteliti sebelum disebar luaskan, lalu satu sama lainnya saling menghubungi (menasehati) dengan tujuan untuk menghilangkan perselisihan dan saling memberi hidayah serta dalam rangka menyatukan kalimat dan hati maka ini adalah sebab lain disempitkannya ruang perselisihan. Kalau seandainya perselisihan ini diangkat dengan segala dalil dan bukti kepada ahli ilmu yang ikhlas, maka ucapan-ucapan mereka akan dapat memperbaiki menyatukan perpecahan. Kita berbicara disini sekarang tentang salafiyin yang memiliki metode dakwah yang jelas, kita tidak berbicara tentang sururiyyin, takfiriyyin, dan hizbiyyin. Adapun mereka ini maka pembahasannya ditempat yang lain.
Kita berbicara disini tentang orang-orang yang mengibarkan manhaj salaf dan menjadikannya sebagai pedoman hidup dan yang menyelisihinya sebagai malapetaka dan kehancuran. Mereka yang menyelisihi manhaj ini bukan termasuk golongan kita dan kita bukan termasuk golongan mereka, namun kita menginginkan agar mereka mau kembali ke jalan kebenaran dan metode yang benar.
Akan tetapi (Allah berfirman, yang artinya) "Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk" (Al-Baqoroh : 272). "Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (al-Qur'an)" (Al-Kahfi: 6) Kita hanya berdoa dan bertawakkal kepada Allah yang Maha memberi taufiq.
Nasehatku yang muncul dari lubuk hati terdalam bagi saudara-saudara kita salafiyyin yang masih berselisih agar mereka saling memberi udzur tapi bukan berarti kita membiarkan kesalahan namun hendaklah mereka saling nasehat-menasehati diatas kebenaran dan kesabaran serta diiringi rasa kasih sayang dan kelemah lembutan sebagaimana firman Allah (yang artinya) : "Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran" (Al-Ashr : 3). "Dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang" (Al-Balad : 17)
Kebenaran, kesabaran dan kasih sayang adalah pengikat tali persaudaraan dan cahaya bagi ukhuwah islamiyyah diantara mereka. Adapun memata-matai, mencari-cari kesalahan memboikot dan salin memnuduh dan bermusuhan serta mentahdzir tanpa bukti yang benar dan tanpa nasehat maka ini perbuatan orang-orang yang tidak mengetahui manhaj salaf kecuali hurufnya saja dan tidak mengenal adab islam kecuali namanya saja."
Sumber : Majalah adz-Dzakhiirah edisi 19 th. VI (www.salafindo.com)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home