SEBUAH KLARIFIKASI TENTANG HAJR (BOIKOT/ISOLIR), DAN HAKIKAT MUBTADI’
Dipetik dari nasehat para masyaikh kiram
Risalah ini bukanlah risalah untuk dijadikan ajang debat, namun adalah klarifikasi dan nasehat terutama bagi diri saya sendiri dan ikhwah salafiyyah lainnya. Saya katakan bahwa setiap orang yang meniti manhaj salaf, mencintai manhaj salaf dan ahlinya, dan senantiasa mengamalkan manhaj salaf, maka insya Allah dirinya adalah salafiy, selama dia tidak mengafiliasikan diri kepada individu-individu tertentu sebagai klaim representasi satu-satunya dari pengikut manhaj salaf, fanatik terhadap individu tertentu dan lebih mencintai individu tertentu daripada al-haq serta tidak mau menerima kebenaran darimanapun berasal.
Seorang yang bijak pernah berkata : al-Haqq la yu’rafi birrajuli war-Rajulu yu’rafu bil Haq (kebenaran tidak dikenal dari perseorangan namun seseorang dikenal dari kebenarannya). Maka tidaklah pantas seorang yang mengaku sebagai salafiy berta’ashub ria dengan ustadz-ustadznya, dan taqlidul a’ma dengan ucapan-ucapannya tanpa tabayun dan tatsabut.
Ikhwah Salafiyyin… di sini ana akan menukilkan sebuah permasalahan penting yang sekarang ini sedang berputar di sekitar kita, perkara yang besar namun telah menjadi kecil di hadapan kita, kita terlalu mudah dan asyik bermain-main dengan fitnah yang kebanyakan dari kita tidak layak masuk ke dalamnya apalagi menyibukkan diri dengannya… yang manfaatnya lebih kecil ketimbang mudharatnya. Na’am, perkara itu adalah seputar permasalahan hajr (boikot), tabdi’ (menvonis bid’ah) atau menuduh sururi karena salah faham dalam memahami muwaazanah…
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home