الدعوة السلفية : موقع أبو سلمي الأثري

Saturday, June 25, 2005

Sunday, June 19, 2005

TANGGAPAN SINGKAT TERHADAP ARTIKEL "FENOMENA KARYA ASY-SYAIKH ABDUL MUHSIN AL-ABBAD" DI SALAFY.OR.ID oleh : Abu Salma at-Tirnatiy
Wesbite www.salafy.or.id beberapa minggu lalu mengeluarkan sebuah risalah yang diterjemahkan dari bab akhir kitab yang berjudul al-Imam Abdul Muhsin al-Abbad Salafiy was Salafiyun awla bihi min ghayrihim yang ditulis oleh Abu Abdillah Syakib al-Jazairi al-Atsari, salah seorang murid Syaikh Falih bin Nafi' al-Harbi, yang telah menyimpang dari manhaj salaf dan meniti manhaj Haddadi bersama Abdul Lathif Basymil, Sulaiman al-Harbi dan selainnya. Risalah ini diterjemahkan oleh al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman -wafaqahullahu- dan dimuat di Fenomena Karya Syaikh Abdul Muhsin I dan Fenomena Karya Syaikh Abdul Muhsin II. Di sini kami bermaksud menjelaskan siapakah Syakib al-Jazairi itu dan mengapa dia sampai menulis buku yang awalnya rahmat namun akhirnya adzab. Kami katakan demikian, karena penulis di awal-awal risalahnya memuji Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr, namun di akhir-akhir risalahnya, tulisannya bernada menjatuhkan dan mediskreditkan syaikh al-Allamah al-Abbad hafizhahullahu, yang mana pada bab terakhir inilah Ustadz Abu Usamah menterjemahnya dan menyebarkannya ke dalam website salafy.or.id. Kami agak heran, kenapa Ustadz Abu Usamah yang terhormat tidak tabayun dulu tentang penulis, dan tidak mencari informasi terkini mengenai risalahnya serta mengenai keadaan diri penulis. Oleh karena itu, kami menuliskan risalah singkat ini sebagai nasehat bagi kami dan bagi Ustadz Abu Usamah, sebagai kewajiban untuk saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Kami berbaik sangka bahwa al-Ustadz tidaklah faham tentang berita-berita baru yang beredar, sehingga beliau terjatuh ke dalam kesalahan ini. Kami sungguh mengkhawatirkan bahwa benih-benih Haddadiyah akan merasuk ke barisan salafiyin, ke dalam hati al-Ustadz dan murid-murid beliau yang mayoritas fanatik dan jahil. sungguh kami merasa amat sedih tatkala melihat rekan-rekan kami salafiyun dari salafy.or.id termakan oleh fitnah Haddadiyah, dimana dengan mata kepala kami sendiri, kami melihat bahwa ada diantara mereka melecehkan dan meremehkan risalah Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr tanpa mau menelaah dan membacanya, ataupun minimal mereguk nasehat yang ada di dalamnya supaya menyibukkan diri dengan ilmu... Mereka bertameng dengan ucapan-ucapan masyaikh Kiram seperti Syaikh Rabi' bin Hadi, syaikh Ubaid al-Jabiri, syaikh Ahmad Yahya an-Najmi dan selainnya untuk menolak risalah syaikh Rabi' ini. Mengapa mereka tidak melihat konteks pertanyaan yang diajukan kepada mereka, dimana mereka -para masyaikh- menjawab menurut pertanyaan yang diajukan. Adapun beberapa fatwa masyaikh yang menyatakan bahwa orang menyebarkan risalah Rifqon dikatakan sebagai ahlul bid'ah atau shohibul fitnah, sesungguhnya telah dijawab oleh Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad sendiri di dalam risalah terbaru beliau yang berjudul : al-Hatstsu 'ala ittiba'is Sunnah wat Tahdziri minal Bida' wa Bayanu Khathariha yang telah kami terjemahkan dan kami sebarkan. Juga jawaban Samahatus Syaikh Sholih Fauzan al-Fauzan dan Samahatus Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh tatkala ditanya tentang risalah Rifqon ini... (Lebih lengkap lihat : Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah Edisi Khusus) Bukankah kami telah memberikan informasi kepada antum wahai pengelola website salafy.or.id bahwa atsari adalah situs Haddadi dan telah ditahdzir oleh para masyaikh?? Dan bukankah jika antum bisa membaca bahwa Syakib ini adalah diantara webmaster situs halikah (binasa) ini dan senantiasa membela Syaikh Falih?? Bukankah antum telah rujuk dan menghapus link website ini dari situs antum, namun mengapa antum masih mengeluarkan risalah yang ditulis oleh Syakib ini, dan antum gunakan untuk menghantam risalah emas syaikh Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr -raghmun unufihi-??
SIAPAKAH SYAKIB AL-JAZAIRI?? Abu Abdillah Syakib al-Jazairi adalah salah seorang pembebek dan fanatikus Syaikh Falih bin Nafi' al-Harbi, yang mana tatkala Syaikh Falih ditahdzir dia bersekutu bersama Syaikh Falih bin Nafi' di dalam manhaj Haddadiyah dan membelanya. Bahkan Syakib ini menuduh para ulama dengan tuduhan keji dan buruk. Oleh karena itulah risalahnya yang diterjemahkan oleh Ustadz Abu Usamah ini lebih banyak bersandar kepada ucapan Syaikh Falih al-Harbi. Abu Abdillah Syakib al-haddadi ini berkata tentang Syaikh Rabi' sebagai berikut : الآن أعلنها صريحة على أن الشيخ ربيع على باطل في هذه الفتنة ، والغريب ثناؤه على الحزبيين والقطبيين ، والسكوت على دعاة التمييع في الأردن والجزائر Artinya : "Mulai sekarang aku umukan secara terang-terangan bahwa Syaikh Rabi' berada di atas kebatilan di dalam masalah fitnah ini. Yang aneh adalah, dia memuji hizbiyin dan Quthbiyin serta dia berdiam diri dari du'at tamyi' di Yordania dan al-Jazair!!!" (lihat : Syakib Haddadi)
Orang ini sering menulis dengan nama yang berbeda-beda, diantaranya adalah : as-Sunni, Ibnu Ahmad, Syakib al-Atsari, al-Jazairi, dll. Oleh karena itu syaikh Salim al-Hilali pernah berkata : أمَّا بالنسبة لفتنة الشبهات فحدث عنها ولا حرج! فأصبح يكتب في هذه الشبكات وهذه المواقع من لا يٌعرف اسمه ولا وصمه ولا شكله ولا أصله ولا فصله، كلها كنى: أبو فلان وأبو علان وأبو زيد وأبي عمرو! يَجلس أحدهم خلف الكمبيوتر وما ندري لعله شيطان يكتب، أو لعله عميل لدوائر المخابرات و الاستخبارات يكتب، يفرق فيه الشباب، ويثير النَّعرات ويلقي الشبهات ويتكلم بما يغضب الله وما يغضب رسوله -صلى الله عليه وسلم-، وأصبح الولاء والبراء في هذه الشبكات وهذه المواقع -للأسف- &على أشخاص، وعلى أفراد بعينهم، فأي عقل وأي دين وأي شرع وأي عُرف يبيح أو يستبيح أن يفرق الشباب! أو يعادي أو يوالي على شخص! أو شخصين! أو غيرهما!! ونفرق الدعوة في العالم على الولاء لهذا الشخص أو المعادى لهذا الشخص !!! Adapun mengenai fitnah syubuhat, maka membicarakan tentangnya bukanlah hal yang sulit! Di website ini (fitnah syubuhat, pent.), yang terjadi adalah orang-orang menulis di situs dan website tidaklah dikenal namanya, tidak diketahui gambarannya, asalnya dan tidak pula keluarganya. Semuanya hanya berkunyah : Abu Fulan, Abu Allan, Abu Zaid, Abu Amru! Salah seorang dari mereka ada yang duduk di bekakang komputer, sedangkan kita tidak tahu apakah dia ini seorang syetan yang sedang menulis ataukah dia ini adalah orang yang bekerja untuk agen rahasia yang sedang menulis. Dia memecah belah para pemuda, mengobarkan semangat arogan dan melemparkan syubuhat serta ia berbicara dengan ucapan yang dimurkai oleh Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Wala’ (loyalitas) dan Baro’ (berlepas diri) di website dan situs ini semata-mata hanya ditujukan pada individu atau person-person tertentu. Akal bagaimanakah, syariat apakah dan budaya manakah yang membolehkan atau menghalalkan untuk memecah belah para pemuda.!! Atau memusuhi dan berwala pada satu orang! Atau dua orang! Atau selainnnya!! Dan memecah belah dakwah di dunia atas dasar berwala’ pd orang ini atau memusuhi orang itu!! (lihat : Nasehat Syaikh Salim bin Ied al-Hilali) Ustadz Fawaz al-Jazairi di dalam risalah yang berjudul : إتحاف الأريب بدحض أباطيل وافتراءات الحدادي شكيب dengan jelas-jelas memanggil dan menyebut dan memanggil Syakib sebagai Ghulat Haddadi. Bahkan al-Ustadz al-Hisam al-Mahnid mengatakan bahwa Syakib ini adalah seorang yang gila, (lihat Syakib junun )
Bagi yang mendapatkan keluasan akan kejahatan dan kerusakan manhaj Syakib al-Haddadi ini, silakan buka Ma Yata'allaqu bi Syakib al-Jazairi
Namun demikian, kami tetap melazimi dan menasehatkan untuk diri kami sendiri dan saudara kami lainnya, agar senantiasa berpegang dengan ilmu dan kibarul ulama serta menyibukkan diri dengan menuntut ilmu dan menyibukkan diri dengan kitab-kitab para ulama. Sesungguhnya, kami dapat memperpanjang risalah ini, namun kami fikir yang demikian ini telah cukup adanya. Semoga Allah memberikan hidayah kepada kami, kepada Ustadz Abu Usamah Abdurrahman, dan kepada para pengelola salafy.or.id, dan kami memohon agar Allah menjauhkan kami dari fitnah tafaruq, hasad, tamyi' dan tasyadud. Dan semoga Allah mempersatukan barisan salafiyun di atas kalimat haq dan menghilangkan segala bentuk fitnah ini. Wabillahi Taufiq...

Saturday, June 18, 2005

Menjawab Gunjingan Terhadap Syaikh Ahmad asy-Syurkati
Pertanyaan : Sebagian orang menggunjing syaikh Ahmad Muhammad Syurkati, mereka berkata : “Dari mana Syurkati bisa mengambil hadits-hadits yang dia muat dalam majalahnya dan dari mana dia bisa mengetahui bahwa hadits-hadits tersebut maudhu/palsu? Mengapa dia mengatakan hadits-hadits itu maudhu/palsu sedangkan sebagian ulama-ulama besar seperti Ghozali, Ibnu Hajar (al-Haitami) dan selain keduanya menyebutkan hadits-hadits tersebut dalam kitab-kitab mereka ?”
Jawaban : "Adapun manusia menggunjing Ahmad Syurkati, bukanlah suatu yang aneh. Karena ini kebiasaan sebagian manusia. Tidak ada seorangpun yang selamat dari gunjingan manusia baik itu orang alim, pemimpin, Nabi, dan Rasul, bahkan Allah pencipta Alam semesta. Lihatlah Fir’aun ketika mengejek Nabi Musa, sesungguhnya Musa adalah orang gila. Dan orang-orang Quraisy mengatakan terhadap Muhammad sesungguhnya dia tukang sihir dan pendusta. Orang Yahudi juga berkata "tangan Allah terbelenggu", sesungguhnya tangan merekalah yang terbelenggu dan mereka dilaknat dengan sebab apa yang mereka katakan.
Kalau semua yang tersebut diatas tidak luput dari celaan/gunjingan manusia maka terlebih lagi Ahmad Syurkati. Terutama lagi orang-orang yang menggunjing tersebut tidaklah mereka itu ingin menegakkan kebenaran atau menghancurkan kebatilan, seandainya mereka bertujuan seperti itu, sungguh mereka akan bertanya kepada kita baik lewat tulisan maupun lisan. Padahal saya sudah menjelaskan referensi untuk setiap perkataan, dan saya juga tidak mengatakan satu hadits itu palsu dari diriku sendiri, akan tetapi saya menukilnya dari perkataan para ulama ahli hadits.
Adapun kalau ada hadits-hadits palsu dalam sebagian kitab-kitab para ulama besar, seperti Ghozali maka yang mengkritik beliau dan selainnya dan yang menjelaskan adanya hadits-hadits lemah dan palsu dalam kitab mereka adalah ulama hadits yang lebih besar/alim daripada Ghozali atau yang semisal beliau. Dan beliau itu bisa ditolelir/dimaklumi karena itulah kemampuan beliau dalam berijtihad. Dan ulama-ulama yang mengoreksi kitab-kitab Ghozali dan menjelaskan hadits-hadits yang lemah atau palsu didalam kitabnya, mereka juga bisa dimaklumi karena Allah-lah yang memerintahkan mereka untuk menjelaskan apa yang mereka ketahui dari ilmu agama ini dan Allah melaknat orang-orang yang menyembunyikan ilmu agama ini.
Begitu juga kita ma’dzur/dimaafkan dalam menjelaskan apa-apa yang dikatakan oleh para ulama dan apa yang kita ketahui, yang pasti semuanya mengharap rahmat Allah dan takut akan azab-Nya dan berjalan diatas taqdir Allah.

Pandangan asy-Syaikh Ahmad asy-Syurkati tentang kitab Ihya-ulumuddin
Syaikh Ahmad Syurkati berkata : Telah tersebar hadits-hadits lewat pidato (lisan-lisan) para ulama dan pemberi nasehat atau khutbah di masjid yang (hadits-hadits) tersebut dinisbatkan kepada Rasulullah (yang sebagiannya-pent) tanpa dikoreksi ulang (keabsahannya-pent) padahal hadit-hadits tersebut adalah karangan orang-orang zindiq atau munafik untuk menyesatkan kaum muslimin dari jalan agama mereka yang lurus. Ataupun hadits-hadits tersebut dikarang oleh orang-orang tasawuf dengan prasangka bisa memacu (umat-pent) untuk (melaksanakan) agama mereka. Dan terkadang hadits-hadits itu dikarang oleh pengekor hawa nafsu untuk mendukung madzhab mereka, padahal Rasul telah bersabda dalam haditsnya yang shahih dan mutawatir : “Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka persiapkan tempat duduknya dineraka." Banyak sekali hadits-hadits palsu dan dusta ini yang tidak sah dari Nabi digunakan oleh sebagian fuqaha dan orang-orang tasawuf, (Yang mereka mengira hadits-hadits itu shahih sehingga mereka memenuhi kitab-kitab mereka dengan hadits-hadits palsu/lemah tersebut -pent) dan akhirnya orang awampun berpegang teguh denganya seperti nash-nash syari’at yang shahih karena baik sangkanya mereka dengan pengarang kitab-kitab tersebut. Akibatnya tersebar luaslah kedustaan terhadap Rasulullah dan bencana ini. Dan sungguh banyak sekali hadits-hadits palsu dan lemah dalam kitab “Ihya’ Ulumuddin” yang dikarang oleh Imam Ghazali walaupun beliau adalah orang yang terhormat dan mulia, demikian juga dalam kitab “Tanbiihul Ghoofilin” yang dikarang oleh as-Samarqandi serta kitab-kitab Ibnu Hajar Al-Haitsami, Tafsir Baidhawi, Al-Khazin, az-Zamakhsyari dan didalam kitab-kitab sufiyah atau tasawuf, sirah, dan manakib dll. Sesungguhnya kami hanya menginginkan untuk menjelaskan di dalam majalah ini apa yang kami mampu untuk menjelaskannya, dalam rangka menyikap hakekat sebenarnya dan guna menolong agama serta mengharap pahala Allah, membantu para pencari kebenaran yang masih dalam kebingungan. Semoga Allah menolong kita dalam (mencari) kebenaran dan semoga Allah menjadikan amal kita ikhlas karena Allah dan semoga hal ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya atau yang mengamalkannya dan yang mendakwahkannya. Allah-lah sebaik-baik yang mengabulkan doa kita.

Tuesday, June 14, 2005

حول مسألة اشتراط إقامة الحجة في التبديع SEPUTAR PERSYARATAN MENEGAKKAN HUJJAH DI DALAM TABDI' (MEMVONIS SESEORANG SEBAGAI AHLUL BID'AH) ربيع بن هادي عمير المدخلي Oleh : Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali
السؤال: شيخنا -حفظكم لله- هناك سؤال يدور بين طلاب العلم، وهو: هل يشترط في تبديع من وقع في بدعة أو بدع أن تقام عليه الحجة لكي يبدع أولا يشترط ذلك، جزاكم الله خيراً؟ Pertanyaan : Syaikh kami semoga Allah menjaga Anda, ada sebuah pertanyaan yang beredar di tengah-tengah para penuntut ilmu, yaitu apakah dalam perkara tabdi' (vonis bid’ah) terhadap orang yang jatuh kepada sebuah perkara bid'ah atau beberapa macam kebid'ahan disyaratkan ditegakkan hujjah dulu atasnya ataukah tidak? Semoga Allah membalas anda dengan kebaikan!

Friday, June 10, 2005

(رفقاً أهل السنة بأهل السنة) (باللغة الإندونسية) Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah (Saling berlemah lembut antara sesama Ahlus Sunnah) (Edisi Spesial dan Lengkap) إعداد الشيخ عبد المحسن بن حمد العباد البدر Alih Bahasa: Ali Musri Semjan Putra Abu Hasan Al-Maidani (Mahasiswa S-3 Universitas Islam Madinah) Risalah ini dilengkapi dengan : 1. Pandangan Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh terhadap Rifqon 2. Pandangan Syaikh Sholih Fauzan al-Fauzan terhadap Rifqon 3. Pandangan Syaikh Abdus Salam Barjas Alu Abdil Karim terhadap Rifqon 4. Pendahuluan 5. Nikmat bertutur dan berbicara 6. Menjaga lidah dari berbicara kecuali dalam hal yang baik 7. Sikap berprasangka jelek dam mencari-cari kesalahan orang lain 8. Sikap ramah dan berlemah lembut 9. Sikap Ahlus Sunnah terhadap seorang ulama yang tersalah bahwa sesungguhnya Ia diberi uzur tanpa dibidahkan 10. Fitnah caci maki dan menghajar (mengucilkan) dari sebahagian Ahlus Sunnah pada masa ini, dan bagaimana jalan selamat dari hal tersebut 11. Penutup 12. Syarah Rifqon oleh al-Allamah Abdul Muhsin sendiri untuk siapa risalah ini ditujukan 13. Jawaban dan Kritikan balik al-Allamah Abdul Muhsin al-Abbad kepada masyaikh yang mengkritik dan mentahdzir risalah beliau

Nasehat Kasih Sayang Untuk Umat Islam dan Pembawa Panji Dakwah Salaf
Ditulis oleh: Syeikh Rabi’ bin Hadi Umair Al Madkhali Diterjemahkan oleh: Abu Abdillah Muhammad Elvi bin Syamsi (Da`i dan Penerjemah Bahasa Indonesia di Islamic Dawa & Guidance Center Hail.)
Allah memerintahkan kita untuk bersaudara, menjaga persaudaraan; Rasulullah bersabda : "Orang muslim adalah saudara muslim dia tidak mengkhianati temannya dan tidak membiarkannya (tanpa memberikan pertolongan). Setiap muslim atas saudaranya muslim diharamkan kehormatan, harta dan darahnya. Takwa itu berada di sini, cukuplah seseorang melakukan kejahatan dengan menghina saudaranya muslim. H.R Tirmizi ia berkata : Hadits hasan. Rasulullah bersabda: "Jangalah kalian saling dengki, saling membenci, saling membelakangi. Janganlah sebagian kalian menjual apa yang telah ditawar sebagian yang lain. Jadilah kalian sebagai hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim, ia tidak menzolimi temannya dan tidak juga membiarkannya. Takwa itu berada di sini, beliau menunjuk dadanya tiga kali. Cukuplah seseorang melakukan kejahatan dengan menghina saudaranya muslim. Setiap muslim terhadap muslim yang lain diharamkan darah, harta dan kehormatannya. (H.R. Muslim).

Wednesday, June 08, 2005

Sunday, June 05, 2005

...Saya contohkan satu orang lagi dari Indonesia, namanya Ja'far Umar Tholib, yang mana dia adalah salah satu pimpinan (panglima) laskar di sana, yang menurut klaimnya, ia akan melakukan jihad atau apapun namanya... dia mampu menipu, berbohong atau melakukan apapun untuk mendapatkan rekomendasi dari syaikh Rabi' dan syaikh Muqbil, semoga Allah menjaga mereka dan memelihara mereka dari kejahatan orang seperti (Ja'far) ini!!!...

Syaikh Shalih Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhahullahu memperingatkan dari firqah Haddadiyah
Ma'ali Syaikh Shalih Alu Syaikh hafizhahullahu berkata : "dan ada suatu tha'ifah (kelompok) yang mengatakan (mengaku) bahwa "kami di atas aqidah yang benar, aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan kami mengikuti as-Salaf ash-Sholih", namun jika anda melihat perilaku mereka, anda akan mendapatkan bahwa perilaku mereka bukanlah perilaku salaf, dan juga jika anda lihat akhlaq, perangai dan sifat mereka, anda akan melihat bahwa mereka tidaklah sedikitpun memiliki keserupaan dengan salaf... Mereka melepas kendali lisan mereka di dalam segala hal, mulai dari ghibah, namimah, zhalim, sibuk dengan qiila wa qoola (katanya dan katanya)... hubungan mereka dengan masyarakat tidaklah baik. Padahal, dari sinilah anda akan menemukan bahwa Ahlus Sunnah wal Jama'ah menyebutkan sebagai salah satu di dalam kitab-kitab aqidah mereka (sebagaimana ditemukan di dalam al-Aqidah al-Wasithiyah dan Maqoolat al-Islamiyin karya Abul Hasan al-Asy'ari tatkala menyebutkan aqidah Ahlul Hadits), bahwa termasuk ciri khas ahlus sunnah dan ahlul hadits wal atsar adalah : Mereka berkata dengan perkataan yang paling baik dan mereka meninggalkan ghibah dan namimah, serta mereka senantiasa menegakkan sholat dan meminta kepada Allah. Mereka mengampuni dan memaafkan manusia dan mereka memperlakukan mereka sebagaimana mereka ingin diperlakukan... akhlak dan perangai ini adalah suatu hal yang wajib atau paling tidak dianjurkan, bahkan segala sifat ini merupakan buah dari aqidah, oleh karena itulah aqidah dibenahi di dalam hati, dan (aqidah yang benar) seharusnya memiliki dampak positif terhadap lisan kita, mata kita, pendengaran kita dan anggota tubuh kita lainnya. Oleh karena itu, klaim yang kalian buat bahwa kalian adalah orang yang benar aqidahnya dan kalian mengklaim mengikuti as-Salaf ash-Sholih dan jalannya Ahlus Sunnah, namun lisan kalian jatuh kepada keharaman, mata kalian melihat kepada segala hal (haram atau mubah), maka hal ini tidak syak lagi merupakan suatu kekurangan pada aqidah seseorang dan tidaklah benar menisbatkan kelompok ini kepada ahlus sunnah secara mutlak..."